Select Page

Oleh I Nengah Partaimg_2617a

Nyepi merupakan salah satu tonggak sejarah dalam peradaban manusia yang meletakkan Fondasi Kedamaian, Kerukunan, Keharmonisan sebagai pilar kehidupan berbangsa. Melalui momen Nyepi ini, maka kehidupan beragama yang merupakan salah satu dimensi kehidupan perlu terus dipelihara, ditingkatkan, dan dikembangkan.

Untuk tujuan itu, maka Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang melalui Pusat Pegembangan Kerukunan Beragama (P2KB) Bidang Kerohanian Hindu melaksanakan seminar dengan Tema “Penggalian Nilai-Nilai Karakter, Pendidikan, dan Kebangsaan berdasar Ephos Mahabharata”.  Secara spesifik, tujuan dari seminar ini adalah; (1)  Mengembangkan formulasi yang ilmiah dalam penghayatan nilai-nilai agama sehingga tercipta suasana kehidupan yang berkesimbangan,(2) Mengembangkan perspektif penghayatan ke-Tuhan-an di era modern, sehingga tercipta masyarakat yang bersatu dalam keanekaragaman, dan (3) Menggali nilai-nilai ke-Tuhan-an yang dapat menjadi pilar dalam mengawal tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Acara ini dibuka oleh Ketua LP3 (Dr. Sulton, M.Pd) mewakili Rektor. Dalam sambutannya, Dr. Sulton, M.Pd menekankan tiga hal, yaitu; (1) kehidupan beragama tidak harus selalu diwujudkan dalam bentuk ritus-ritus keagamaan, (2) agama yang diyakini/dianut harus secara signifikan dapat menuntun manusia untuk tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter, (3) komunikasi/dialog keagamaan dalam kontek akademik dan dengan pendekatan ilmiah dalam lingkungan kampus perlu dikembangkan karena ini dapat mencegah masuknya paham radikal.

Acara yang dibuka oleh Ketua LP3 ini berlangsung pada tanggal 28 Maret 2015. Peserta yang hadir dalam acara ini tediri dari berbagai elemen, antara lain; Dosen dan Karyawan Hindu di Lingkungan Universitas Negeri Malang, mahasiswa Hindu semua jenjang, mahasiswa Hindu di PTS/PTN se-Malang Raya, Guru-guru Agama Hindu Malang Raya dan sekitarnya, Tokoh-tokoh Hindu se-Malang Raya, dan anggota kesatuan dari Jajaran TNI/POLRI.

Narasumber yang dihadirkan dalam seminar ini adalah Ngakan Putu Putra, M.Phil (Cendekiawan dan Pelopor Gerakan Pembaharuan Hindu). Dalam pemaparan materi narasumber menyampaikan beberapa hal esensial, yaitu; (1) teknologi  dapat membawa kemajuan, tetapi bisa juga menjadi  sumber kehancuran bagi peradaban mansia, (2) untuk mencapai tingkatan kehidupan tertinggi manusia tidak boleh berhenti sampai pada alam meteriil, tetapi harus memasuki kehidupan spiritual, dan (3) melalui pengendalian diri dengan disiplin yang kuat manusia dapat mencapai penunggalan dengan “Sangkan Paraning Dumadi”. Lebih lanjut, narasumber menegaskan proses “Penunggalan” hanya bisa dicapai dengan usaha ekstra, karena “Atman” yang merupakan bagian inti dari makhluk hidup (manusia) dibungkus oleh lima lapis badan. Kelima lapisan badan itu disebut Panca Maya Kosa, yaitu; Annamaya Kosa, Pranamaya Kosa, Manamayakosa, Vijnanamaya Kosa, dan Anandamaya Kosa.

Dalam sesi tanya jawab, isu yang mengemuka antara lain; (1) bagaimana menjalani kehidupan spritual yang berkeseimbangan, (2) Tayangan Mahabharata di stasiun TV dapat diterima oleh semua kalangan karena pesan-pesan yang disampaikan bersifat univesal, (3) dari mana sebenarnya kisah Mahabharata itu dari India atau Indonesia, (4) hambatan terbesar yang dialami masyarakat modern dalam kehidupan spritual adalah orientasi hidup yang sangat mengedepankan kahidupan materi.

Selain munculnya isi-isu hangat seperti tersebut di atas, dalam seminar ini juga menawarkan perspektif “baru” dalam penghayatan ajaran agama, yaitu; (1) Perlu pemahaman ajaran agama yag lebih komprehensif untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama, (2) perbedaan agama bukan halangan bagi kita untuk saling “berbagi” tetapi itu merupakan keunikan model kehidupan beragama di Indonesia, (3) keyakinan terhadap ajaran agama harus dapat menjadi modal dasar bagi pembentukan karakter, karena selain menanamkan keimanan kepada Tuhan ajaran agama juga menanamkan kedisiplinan, kerja keras, dan tanggung jawab.