Select Page

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Al Quran Studi Club (ASC) terlahir dari kesuksesan kafilah UM dalam ajang MTQ Mahasiswa tingkat nasional tahun 2013. UKM ini masih terbilang baru bila dibandingkan dengan UKM yang lain, usianya pun masih dua tahunan. Berawal dari sebuah komunitas mahasiswa yang mengembangkan seni religi dalam bidang Al Quran.
Komunitas mahasiswa ini berasal dari lintas fakultas dan jurusan di UM yang memiliki kesamaan pandangan untuk belajar dan mengembangkan minat bakat ilmu Al Quran, untuk melestarikan seni budaya Bangsa Indonesia melalui membaca Al Quran, Qiroati Al Quran, menghafal Al Quran hingga menulis indah Al Quran.

Sebagai penghargaan UM atas pencapaian sebagai juara umum MTQ Mahasiswa tingkat nasional tahun 2013, Rektor UM saat itu Prof. Dr. Suparno, M.Pd.mengizinkan berdirinya UKM baru yang bernama Al Quran Studi Club yang disingkat ASC. Pada saat itu UM memiliki kebijakan bahwa UKM yang telah ada tidak boleh bertambah. Hal ini merupakan kebijakan khusus, sehingga bisa dikecualikan dari kebijakan tidak boleh ada penambahan UKM baru.

Anggota ASC sendiri merupakan mahasiswa dari berbagai jurusan dan fakultas di UM yang memiliki minat bakat di bidang seni Al Quran dan pendalaman serta pemahaman isi kandungan Al quran. Hal ini karena memang MTQ tersebut bila wilayahnya dipetakan terbagi menjadi tiga bagian. Pertama adalah membaca – Tilawah dan Tartil, menulis – kaligrafi dan karya tulis ilmiah Al Quran. Kedua adalah menghafal – Khifdhil Quran dan memahami isi kandungan Al Quran – Fahmil Quran. Ketiga adalah bidang seni suara dalam melantunkan Al Quran.

Selama ini ada banyak pertanyaan yang muncul di masyarakat bila berkaitan dengan MTQ. Tidak sedikit yang menanyakan Al Quran kok diperlombakan?. Padahal Al Quran adalah sebuah kitab suci yang bila dilombakan akan hilang kesakralannya. Intinya ada tudingan bahwa MTQ ini ingin mendesakralisasikan Al Quran. “Menurut pandangan saya hal itu kurang tepat, malah sebaliknya MTQ ini berusaha mensyiarkan Al Quran. Dalam konteks mahasiswa saya melihat ketika mahasiswa yang nota bene generasi muda memiliki energi dan jiwa muda yang besar kalau tidak disalurkan dengan benar, maka energi tersebut bisa dibawa kepada hal-hal yang kurang bermanfaat. Saya melihat ketika mahasiswa berkiprah di ASC dan mengikuti even-even pengembangan dan pembumian Al Quran di bumi Nusantara, maka energi mereka berubah menjadi energi yang positif,”ujar Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I.,

Mendatang diharapkan mereka dapat menjadi generasi yang berkarakter, berakhlak mulia, dan dapat berkontribusi untuk bangsa dan Negara.Secara lebih filosofis hal ini merupakan upaya untuk mengalihkan kesan bahwa mahasiswa yang lebih dekat dengan agama itu cenderung akan memilih garis keras dalam pendekatan keagamaan. Walaupun tidak menjamin 100% benar, ada indikasi yang kuat mereka yang aktif di ASC ini adalah mereka yang moderat, yang memiliki komitmen pada empat pilar kebangsaan. Hal ini merupakan perwujudan berkarya untuk bangsa, dimana menghidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan dan nilai nasionalisme.

“Jauh sebelum ASC ini berdiri kajian Al Quran lebih cenderung diarahkan pada kajian tafsir, dan tafsir ini kemudian menjadi tafsir subyektif kelompok tertentu. Contoh ada salah satu ormas islam yang mendominasi pemahaman dan tafsir Al Quran di UM. Sehingga mahasiswa menjadi produk yang berpikiran anti NKRI, anti Pancasila, bahkan juga ingin mendirikan Negara khilafah. Hal ini terjadi karena tafsir Al Qurannya dibawa kearah tersebut,” lanjutnya.

Adanya ASC ini mahasiswa tidak diajak untuk berfikir sesuatu yang diluar proporsinya, melainkan diajak ke hal-hal yang bersifat terapan. Salah satunya melalui cara membaca Al Quran, menghafal Al Quran, dan memahami isi kandungan Al Quran. Saat ini wujud nyata yang dapat dilihat oleh pimpinan UM adalah setiap hari jumat sore suasana di masjid Al Hikmah UM seperti suasana di pesantren, beberapa tempat di masjid digunakan untuk mengkaji Al quran oleh mahasiswa mulai dari training untuk pengajar Al Quran, bimbingan baca tulis Al Quran, sampai kegiatan memperbagus bacaan Al Quran dan pelatihan Qiroah. Semua kegiatan yang dilakukan ini merupakan program ASC yang terbukti mendukung terciptanya kekaryaan untuk masyarakat dan bangsa.

Secara inklusif yang terinternalisasi kedalam masing-masing individu, akhlak mereka itu berbeda dengan kebanyakan mahasiswa yang lain. Sebagai contoh testimoni para sopir yang mengantarkan kafilah UM berlaga di kejuaraan MTQ. Menurut para sopir tersebut ada banyak perbedaan saat mengantarkan kafilah UM dibandingkan dengan kelompok yang lain. Mahasiswa tersebut cenderung bersikap diam, menjaga kesopanan dan kesantunan. Hal ini juga dapat kita lihat saat mahasiswa berinteraksi dengan civitas akademik UM, akhlaknya bisa dikatakan akhlak santri yang Qurani.

Kemanfaatan mahasiswa peserta MTQ yang juga anggota ASC ini seringkali dimintai tolong oleh masyarakat, “Contohnya ketika ada dosen UM yang memiliki binaan pesantren mahasiswa, tetapi kekurangan pengajar, Dalam hal ini kami mengirimkan beberapa mahasiswa untuk menjadi pengajar di pesantren tersebut. Kami terbiasa dengan back up dan droping pengajar baca tulis Al Quran kepada masyarakat,” terangnya.

Kemanfaatan lain yang saat ini digagas oleh mahasiswa ASC adalah After School Program (ASP). Program ini berbasis penitipan anak, dimana dengan program ini dosen dan karyawan UM dapat menitipkan putra putrinya seusai pulang sekolah dan mendapatkan tambahan ilmu tentang Al Quran. Program ini memang baru berjalan, dan belum ada evaluasi terkait pelaksanaannya. Setidaknya program ini dapat membantu civitas akademik UM yang pada saat jam kerja anaknya sudah pulang sekolah. Dimasukkan penitipan anak tidak tepat karena bukan bayi lagi, maka ini adalah solusi praktis. Intinya dalam program ini akan diajarkan pembinaan karakter, pembiasaan karakter religius, bidang penalaran. Saat ini tempatnya berada di Jl. Surakarta, bersebelahan dengan Penitipan Anak Dharma Wanita. Para pengajar dalam program ini adalah mahasiswa terseleksi dan merupakan mantan peserta lomba MTQ. Hal ini dapat dilihat dari sisi kualitas dan output yang terukur.

Mahasiswa yang dulu merupakan peserta debat kandungan AL Quran dalam bahasa Inggris, menjadi pembimbing bahasa Inggris. Mahasiswa yang dulu mewakili UM dalam bidang desain komputer Al Quran bisa mengajarkan tentang komputer dan robotika. Ilmu yang ada cukup bervariatif dan memiliki banyak peminat.

“Mendatang kita meyakini bahwa prestasi tidak akan hadir secara instan. Semuanya itu berawal dari pembinaan. ASC ini adalah sebuah akademi, tempat pembinaan dan penempaan mahasiswa yang akan berlaga di ajang MTQ baik tingkat perguruan tinggi, tingkat regional, maupun nasional. Dengan pembinaan dan penempaan yang baik kita dapat berharap sebuah prestasi. Prestasi tentu bukan suatu hasil akhir, karena hidup ini tidak hanya sekedar persaingan, lebih dari itu hidup diisi untuk pembinaan karakter,” harapnya . “Pasca meraih predikat juara umum saat pertama kali, saya hadir ditengah tengah peserta MTQ dan memotivasi mereka untuk berjuang keras, berlatih keras, saatnya melakukan pembinaan, dan pelayanan dengan harapan kita dapat mengulang prestasi sebelumnya menjadi juara umum MTQ Mahasiswa tingkat nasional,” himbaunya (Ksr).