Select Page

Penulis : Suhardi

Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D.
Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan
dan Pembelajaran (LP3) UM

Universitas Negeri Malang (UM) telah mengantisipasi dampak revolusi industri 4.0 terhadap pembelajaran. Bersamaan dengan diperolehnya mandat dari Kemenristekdikti,  UM mengembangkan Center of Excellence (CoE) Inovasi Belajar sejak Financial Agreement antara Rektor UM dengan Islamic Development Bank (IDB) pada Rabu, 18 Mei 2016, di Jakarta International Convention Center (JCC). Untuk melaksanakan mandat tersebut UM melakukan 4 program dalam satu kesatuan yaitu (1) Pengembangan kurikulum berbasis kapabilitas, (2) Pengembangan sistem manajemen akademik, (3) Pengembangan lanskap belajar, riset inovasi belajar, dan konsorsium riset, serta (4) Pengembangan staf.

Pengembangan kurikulum model kapabilitas (capability development model) untuk mengantisipasi perkembangan IPTEK pada era revo-lusi industri 4.0. Program ini mencakup pengembangan kurikulum proses dan kurikulum formal semua Prodi S1 di UM, pengembangan kurikulum instruksional.  Kurikulum model kapabilitas merancang pembelajaran mahasiswa agar setelah lulus mampu menciptakan ekologi belajar yang dapat memberikan kesempat-an pencapaian keahlian se-suai dengan bidang keilmuan yang ditekuni, serta mampu menumbuhkan berbagai kecakapan terkait dengan keah-lian bidang keilmuannya.

laman SIPEJAR yang dikembangkan untuk perkuliahan

Untuk mencapai tujuan itu, implementasi kurikulum UM dalam kelas menggunakan pendekatan belajar berbasis kehidupan (BBK), sedangkan pengelolaan matakuliah dilakukan secara transdisiplin. Pendekatan BBK mendorong mahasiswa untuk berpikir dan menganalis fakta atau data untuk mengkonstruksi pengetahuan yang relevan dengan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kapabilitas mahasiswa yang mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya dalam mencapai keahlian tertentu difasilitasi dengan disediakannya matakuliah pilihan lintas prodi dalam satu fakultas atau lintas fakultas dan bahkan mungkin lintas universitas (transdisi-plin).

Digital classroom di Gedung H7 LP3 UM

Kurikulum UM dapat diakses secara online pada siakad um.ac.id. Terdapat integrasi antara sistem pengelolaan pembelajaran (SIPEJAR) dengan sistem akademik (Siakad) sehingga proses pembelajaran dapat dipantau dari Sipejar. Pada implementasi kurikulum menggunakan Si-pejar, setiap matakuliah wajib melakukan pembelajaran online maksimal sebanyak 30% dari total tatap muka. Pada pembelajaran online tersebut pengajar dapat berinteraksi dengan mahasiswa secara real time (sincronous) atau delay (asincronous).  Kegiatan ini ditujukan untuk melatih mahasiswa menggunakan teknologi dalam pembelajaran, mene-rapkan literasi digital pada pembelajaran.

Mengantisipasi perkembangan teknologi yang sangat pesat, riset-riset dalam inovasi belajar perlu terus dilakukan untuk mendukung konten SIPEJAR di UM. Oleh sebab itu UM mengembangkan Pusat Unggulan IPTEKS perguruan Tinggi (PUI-PT) Disruptive Learning Innovatioan (DLI). Pada PUI-PT DLI ini dikembangkan  personalised learning, ubiquitos learning, gamified learning, one stop learning. Pengembangan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pada masa yang akan datang mahasiswa akan merancang pembelajarannya secara mandiri sesuai dengan kebutuhannya menggunakan segala perangkat elektronik pintar (smart) yang ada. Dengan menggabungkan produk-produk pembelajaran yang inovatif termasuk model, prototype, MOOC, dan digital learning maka UM akan dapat memberikan layanan one stop learning. Masyarakat yang membutuhkan layanan belajar dapat mengakses website inovasi belajar UM. Pengendalian one stop lear-ning ini akan dikelola LP3 UM menggunakan Rumah Inovasi belajar yang akan dikembangkan di Gedung H7.

Ruang perkuliahan di Gedung PPG dilengkapai
loker untuk mahasiswa

Pengembangan konten Rumah Inovasi Belajar yang akan melayani one stop learning terus berjalan melalui riset-riset dan pengembangan inovasi belajar baik yang disupport pendanaannya melalui IsDB maupun UM sendiri. UM juga telah membentuk  Indonesia Consortium for Learning Innovation Research (I-CLIR) bersama tiga perguruan tinggi yang tergabung dalam 4 in 1 isDB Project yaitu Universitas Jember, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, dan universitas Mulawarman.

Salah satu kegiatan yang dikembangkan untuk mengisi konten Rumah Inovasi Belajar adalah ‘hibah” pengembangan inovasi belajar (inobel) yang dilaksanakan oleh para dosen. Dosen didorong menindaklanjuti hasil-hasil penelitian dan kajiannya menjadi produk inovasi belajar yang dapat digunakan atau diterapkan langsung pada pembelajaran atau perkuliahan. Inobel mulai tahun 2018 yang menghasilkan sekitar 236 produk meliputi model pembelajaran, video pembelajaran, buku ajar, aplikasi pembelajaran, dan prototipe media. Pada tahun 2019, sedang berjalan saat ini, terdapat 74 produk yang dikembangkan dan harus dapat digunakan untuk mengisi konten makuliah sipejar. Gelar Karya produk inovasi UM telah digelas pada akhir tahun 2018 di Graha Cakrawala sedangkan pada tahun 2019 akan ditampilkan bersamaan dengan Lustruk ke 13 UM. Kegiatan ini merupakan kegiatan penting disamping riset untuk menampung karya-karya inovatif pada dosen UM dalam pembelajaran. Oleh sebab itu diperlukan ulasan terhadap program ini agar lebih dikenal oleh masyarakat. Untuk tujuan tersebut tim Majalah Swara Pendidikan mewawancarai Ketua LP3 UM, Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D..

Penggalian sumber karya inovasi belajar.

Karya inovasi belajar (inobel) para dosen UM ini dikembangkan dari hasil-hasil penelitian para dosen yang dikaji secara mendalam. Karya inobel tersebut berupa bahan ajar, media, aplikasi, video, dan produk pengembangan. Pada tahun 2018 ada 236 (dua ratus tiga puluh enam) judul Karya Inobel dan Tahun 2019 ada 74 (tujuh puluh empat) karya Inobel dosen UM. Pada hakekatnya karya inovasi ini digunakan oleh para dosen sebagai media belajar atau sumber belajar saat kegiatan perkuliahan di kelas. Karya-karya inovatif yang terkait dengan pembelajaran (model, media, video) diharapkan dapat membantu dan mendorong para dosen menerapkan model pembelajaran inovatif di kelas sehingga proses perkuliahan menjadi lebih bermakna. Pada masa yang akan datang, inobel tersebut bukan hanya untuk kalangan terbatas, melainkan menjadi karya yang bisa dinikmati oleh semua pihak.

Produk inovasi yang terkait dengan media, buku ajar, dan aplikasi yang terkait pembelajaran juga dapat diintegrasikan dalam SIPEJAR. Pada saat ini para dosen didorong untuk memanfaatkan sistem ini untuk kegiatan pembelajaran. Dengan memaksimalkan sistem ini, maka kegiatan perkuliahan akan berjalan efektif, karena sebelum kegiatan berlangsung mahasiswa dapat melihat mulai dari RPS, SAP dan juga mempelajari materi, tugas, atau modul pembelajaran yang diunggah oleh dosen sehingga di dalam kelas terjadi komunikasi pembelajaran yang hidup.

Penggunaan SIPEJAR di UM saat ini juga sudah berkembang tidak saja untuk pembelajaran tetapi untuk semua pelatihan yang diselenggarakan oleh LP3. Pelatihan Diklatsar, Applied Approach (AA) dan Program Peningkatan Keterampilan Teknik Instruksional (PEKERTI) sudah menggunakan SIPEJAR. Terkaitn dengan SIPEJAR, UM juga sudah melatih sekitar 500 orang dosen mengembangkan konten Sipejar, membuat video, dan mengembangkan pembelajaran BBK. Selain itu, juga dilaksanakan pelatihan pengembangan massive Open online cources (MOOC) dan penulisan buku ajar digitas yang semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di UM.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inovasi pembelajaran.

1) Dosen

Dosen  adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Seorang dosen harus mampu mengubah pola pikir mahasiswa, dan menumbuhkan persepsi pembelajaran dua arah, yaitu mengajak berpikir kritis, kreatif,  memahami konsep, dan interaktif untuk pemecahan masalah. Bahwa proses pembelajaran hanya ceramah harus secara perlahan harus dihilangkan. 

Pada tahun 2019 ini ada sekitar 30% dosen UM telah dibekali pendidikan dan pelatihan terkait pengisian konten ini, khususnya untuk para dosen muda. Ada dua hal yang menjadi fokus utama dalam pemanfaatan SIPEJAR, yaitu: pengembangan konten SIPEJAR dan pengembangan pembelajaran berbasis kehidupan yang diawali dengan pematangan rancangan pembelajaran, sumber belajar, dan media pembelajaran, baik berupa video interaktif  ataupun augmented reality. Program ini akan terus berkelanjutan hingga pada akhirnya nanti mencapai posisi yang ideal, bahwa hampir semua dosen UM akan bersinergi dengan perkembangan teknologi dalam pembelajaran.

2) Mahasiswa

Respon mahasiswa dalam pembelajaran akan bergantung pada bagaimana dosen memfasilitasi dan menstimulasi mahasiswa untuk belajar. Misalnya pemanfaatan SIPEJAR, mahasiswa diminta mengakses SIPEJAR, tetapi tidak dibarengi dengan usaha dosen yang secara aktif mengunggah materi dalam SIPEJAR, maka imbauan tersebut akan sia-sia. Sebaliknya apabila dosen telah mengunggah materi perkuliahan dalam SIPEJAR, kemudian tinggal memberikan perintah kepada mahasiswa “silakan kerjakan tugas yang saya kirim di SIPE JAR!, maka komunikasi akademik ini akan menumbuhkan persepsi yang baik bagi mahasiswa. Demikian juga dengan produk-produk inobel yang dikembangkan dosen, hasil-hasil penelitian dosen, agar digunakan sebagai konten SIPE-JAR. Dengan demikian mahasiswa kan dapat mempelajari materi yang up to date sesuai perkembangan IPTEKS karena mersumber dari hasil-hasil riset terkini dan pengembangannya.

3) Materi 

Praktis semua materi perkuliahan mempunyai potensi inovasi. Penyajian materi perkuliahan agar menjadi inovatif diperlukan kreativitas dan kerja cerdas para pengajar. Pengolahan konten pembelajaran menjadi konten yang inovatif sehingga menarik dipelajari merupakan salah satu tujuan dari program inobel. Setiap perkuliahan memungkinkan hal itu bergantung pada kreativitas masing-masing pengajar. Misalnya, tes yang biasa dilakukan dengan paper and pencil dapat diubah menjadi test interaktif yang dilakukan secara online. Inti pokok dari penggunaan media disini adalah mengubah pola lama yaitu pembelajaran hampir 90% ceramah, menjadi kurang dari 30% ceramah dan 70% diskusi untuk mengkonstruksi konsep. Pada masa yang akan datang, UM harus dapat menyiapkan generasi muda yang mampu berpikir kreatif sehingga bisa mengembangkan kapabilitasnya di masyarakat.

4) Lingkungan

Lingkungan belajar merupakan  situasi fisik yang ada di dalam raung pembelajaran. Selain ruang kelas, pembelajaran yang ideal untuk saat ini harusnya dapat mengakomodasi keperluan peserta belajar; misalnya tersedianya internet, arus listrik, meja dan kursi, lcd proyektor/LED tivi, dan sebagainya. Kondisi ini akan mengantarkan situasi belajar yang nyaman. Lanskap belajar perlahan-lahan digeser dari fasilitas belajar “mendengarkan” menuju pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan mengintegrasikan perkembangan informasi dan teknologi.

Perlu diakui bahwa sarana yang di lingkungan UM sebagian masih menggunakan fasilitas belajar konvensional. Tetapi seiring dengan pembangunan sarana perkuliahan yang baru maka secara berangsur-angsur sarana dan prasarana akan menyesuaikan kebutuhan pada era saat ini.

Tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan UM     sebagai Pusat Inovasi Belajar

Pengembangan laman dli.um.ac.id

Mewujudkan sebuah mahakarya besar universitas Negeri Malang (UM) sebagai pusat unggulan inovasi belajar bukannya tanpa hambatan. Hambatan yang terbesar adalah mengubah pola pikir semua orang yang terlibat di UM. Perlu disadari bahwa apa yang kita lakukan selama ini baik dalam mengajar, maupan melayani mahasiswa sudah termasuk konvensional. Mahasiswa memerlukan layanan yang cepat, berbasis teknologi, terintegrasi, berbasis data dan sebagainya. Perlu adanya penyesuaian kinerja dan layanan kita dengan perkembangan yang ada. Setiap orang harus dapat membuka diri dan membebaskan diri dari kelembaman kenyamanan yang telah berlangsung selama ini melalui belajar dan beradaptasi.

Dalam hal perkuliahan misalnya, selama ini dosen belum merasa mengajar kalau belum menjelaskan materi kuliahnya secara rinci dengan ppt, dan mahasiswa belum merasa belajar kalau belum dijelaskan oleh dosennya. Pada saat ini materi kuliah sudah tersedia di internet, mahasiswa biasa mengakses, dosen juga menggunakan hasil aksesannya tersebut untuk mengajar. Oleh sebab itu, pembelajaran di kelas seharusnya inteaksi melalui diskusi tentang apa yang dipahami mahasiswa dan yang dipahami dosen. Sehingga terjadi konstruksi konsep. Setelah itu, konsep yang diperoleh digunakan untuk pemecahan masalah yang relevan dalam kehidupan sehari-hari (elaborasi). Ketersediaan dosen dan mahasiswa mengakses pengetahuan sebelum masuk kelas memerlukan sikap terbuka dan tanggungjawab belajar.

Target dan Realisasi 

Pengembangan inovasi belajar tentunya membutuhkan kerjasama semua pihak. Pada tahun ini UM melalui LP3 masih menata dan menyempurnakan kurikulum agar sesuai dengan panduan kurikulum, mengembangkan perangkat kurikulum termasuk melengkapi konten SIPEJAR, mengembangkan standar-standar pendididikan, pedoman-pedoman yang terkait dengan pembelajaran. Setelah itu menetapkan regulasi agar produk-produk inovasi tersebut diimplementasikan oleh dosen dan mahasiswa. 

Terkait dengan Pusat Unggulan ipeteks Perguruan Tinggi Disruptive Learning  Innovation (PUI-PT DLI) dikembangkan oleh UM ada indikator-indikator yang harus dipenuhi sebagai suatu PUI-PT. Pada tahun ini, riset PUI-PT DLI masih disupport oleh IsDB namun pada tahun yang akan datang harus dapat disupport oleh UM melalui dana PNBP disamping kompeisi riset. Produk-produk DLI diharapkan pada tahun ini dapat diterapkan dan digunakan oleh para mahasiswa dan dosen untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas perkuliahan atau SI-PEJAR kita di UM. 

PUI-PT DLI ini perlu disupport oleh universitas dipelihara dan ditumbuhkan sehingga menjadi besar. Bila produk-produk inovasi ini dapat kita implementasikan melalui one stop learning maka UM akan ada di depan dalam pengembangan inovasi belajar. Pada tahun ini akan dimulai penyiapan sarana dan prasarana one stop learning di H7 sehingga semua produk inovasi di UM dapat dikelola di sana. Suatu gagasan pembeharuan selalu menimbulkan tantangan dan hambatan namun bila semua sivitas akademika UM memiliki komitmen tinggi untuk menghasilkan inovasi-inovasi pembelajaran sebagai suatu karya untuk menyiapkan ge-nerasi emas Indonesia maka kita akan dapat mewariskan generasi muda Indinesia yang kapabel dan survive di masa yang akan datang, Semoga.