Karya Dr. Nindyawati, M.T
Di belahan bumi mana yang tidak ada bambu? Pohon bambu banyak tumbu di negara-negara Asia, Australia, Amerika, Afrika, dan Eropa. Kutup Utara, Kutup Selatan saja yang tidak bisa ditumbui pohon bambu. Ketersediaan bahan baku bambu yang melimpah ini menginspirasi Dr. Nindyawati, S.T., M.T untuk meneliti lebih dalam agar bahan baku ini bisa dimanfaatkan sebagai komponen bangunan sipil.
“Pohon bambu sebenarnya sejak lama telah digunakan penduduk Indonesia untuk bangunan rumah. Rumah tradisional Jawa hampir seluruh bagian mengunakan bambu. Kerangka rumah mulai dari pilar sampai kuda-kuda atap terbuat dari bambu. Dinding rumahpun terbuat dari bambu yang dibelah kemudian diayam sehingga membentuk lembaran dinding.
Rumah bambu tradisional yang ada selama ini saya rasa masih banyak kelemahan. Meterial komponen rumah tidak terlindungi dengan baik akibatnya, rumah mudah rusak diserang rayap atau lapu. Permasalahan ini saya ingin pecahkan dengan sentuhan akademik melalui penelitian agar bahan ini bisa dimanfaatkan lebih baik, tahan lama karena sudah teruji.
Hasil penelitian batang pohon bambu ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan batang baja atau besi. Batang bambu tua mempunyai susunan serat lurus, dan keras, setelah diuji di laboratorium dengan metode uji tarik ternyata batang bambu lebih kuat dibandingkan dengan batang baja. Struktur serat lurus ini jika ditopang dengan dasar yang rata akan tahan terhadap tekanan ke bawah. Beton fondasi menggunakan tulang bambu kelihatannya sangat baik. Karatan pada baja tidak terjadi pada bahan bambu. Bambu yang terpendam cor tahan dalam jangka lama karena tidak bisa karatan juga tidak mungkin diserang oleh rayap.
Batang bambu ini sudah saya kembangkan dalam bentuk balog, dan lembaran. Balog bambu terdiri dari batang bambu dibelah kemudian disusun membentuk balok, direkatkan dengan lem proses terahir dilakukan pengepresan. Bambu yang sudah berbentuk balok lebih mudah untuk membentuk sebuah bangunan,”papar Nidyawati.
Penelitian tetang Beton Bertulang Bambu telah mendapatkan hak paten dari Kementrian Hukum & HAM. Perolehan hak paten ini menambah semangat mengembangkan penelitan lebih dalam lagi. Penerapan temuan kepada masyarakat merupakan kebanggaan tersendiri bagi seorang penemu
“Temuan teknologi inovatif sudah pernah saya terapkan di masyarakat yaitu, dibeberapa daerah Malang Raya. Pelaksanaanya melalui program KKN Lembaga Pengabdian Masyarakat. Pada umumnya yang sering dipakai masyarakat adalah penulangan pada dinding beton ringan, penulangan fondasi, dan kolom beton. Harapan saya, masa mendatang banyak bangunan yang menggunakan bahan baku pohon bambu. Pohon bambu selain mempunyai banyak keunggulan juga ramah lingkungan, harga murah, dan bahan bakunya melimpah. “tutur Nidyawati. (Bud)