Select Page

“Kurikulum Transdisipliner dan Model Belajar Berbasis
Kehidupan”

Penulis: Budiharto/Moh. Ian Fajrin

Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd
Rektor UM

Era revolusi industri 4.0 ini, dunia dilanda macam-macam revolusi baik revolusi digital, revolusi industri, dan revolusi pengetahuan yang berubah dengan kecepatan tinggi. UM sebagai perguruan tinggi harus mengikuti perubahan jaman. Guna mengetahui seperti apa kiat UM untuk menyongsong perubahan ini, tim Majalah Swara Pendidikan UM telah melakukan wawancara khusus kepada Rektor UM, Prof. Dr. AH Rofi’uddin, M.Pd.

novasi belajar adalah jantung terdalam pendidikan, bahkan ulu hati bersenyawanya pendidikan. Tanpa inovasi belajar, pendidik-an akan kehilangan elan vital, bahkan kemudian “mati gaya”,  ketika menolak atau tidak  sanggup melakukan inovasi belajar di dalam kehidupannya. Misalnya, kebudayaan dan peradapan besar di dunia telah “mati gaya” dan punah karena tidak mampu berinovasi. Contohnya kebuda-yaan dan peradapan suku maya, Yunani kuno, maupun organisasi-organasasi koporatis, sosial budaya, politik-pun meredup ketika tak sanggup berinovasi.

Secara khusus di dunia pendidikan, telah diketahui bersama banyak yang jatuh, atau mati-nya berbagai lembaga maupun pranata pendidikan akibat tidak mampu berinovasi belajar, dalam rangka menghadapi tantangan serta tuntutan, dan kebutuhan yang timbul.

Hal tersebut berimplikasi bahwa betapa sentralnya fundamental inovasi belajar bagi kehidupan, teruma kehidupan pendidikan. Inovasi belajar tersebut menjadi tugas keberadaan dan kehidupan kebudayaan serta peradaban  termasuk  pendidikan. Oleh sebab itu, di dalam bahasa filsafat kebudayaan, tidak berlebihan dikatakan bahwa inovasi balajar merupakan tugas agung sejarah budaya dan peradaban pendidikan. Pengingkaran terhadapnya menjadikan dunia pendidikan mengalami  ketunakuwasaan kemudian kehilangan alat vital dan lumpuh dan selanjutnya “mati gaya”.


Tampilan laman inobel.um.ac.id melalui mobile view. laman ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut

Disinilah inovasi belajar menjadi nyawa pendidikan, sehingga perlu dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan demi kebugaran dan vitalitas pendidikan untuk secara efektif dan efisien mencapai cita-cita dan tujuan pendididkan yang di hajatkan.

UM harus mampu menjawab tantangan, tuntutan dan kebutuhan baru abad XXI, sehingga inovasi belajar perlu dirancang, dikelola dan diorganisasikan dengan tepat arah dan tujuan. sebagai wujud tanggung jawab untuk memikul tugas agung ke-sejarahan bidang pendidikan. 

Maka UM senatiasa berusaha ikut serta dalam usaha-usaha menggagas, merancang, melakukan, dan mengulirkan inovasi belajar yang dapat memberi kontribusi signifikan bagi pendidikan bangsa Indonesia. 

Dalam sepanjang sejarah keberadaan UM, sudah melakukan beberapa tonggak inovasi yang sudah dihasilkan dan digulirkan UM bagi pendidikan bangsa Indonesia.  Beberapa diantaranya adalah sekolah PPSP dengan sistem maju berkelanjutan menggunakan modul ( pada tahun 1970-an) simulasi P4 untuk pelaksanaan P4 (pada thun 1980), dan belajar siswa aktif yang dikenal dengan nama CBSA  (pada tahun 1980-an). Bermodalkan dari berbagai tonggak pengalaman dan nilai bersama tersebut sekarang melalui I-CLIR PIU IDB,  UM tengah merancang, mengembangkan, dan menggulirkan inovasi belajar, mengingat perubahan-perubahan fundamental dan fondasional masa sekarang dan masa depan, sehingga perlu respon yang sangat cepat dan memadai.

Di tengah-tengah dunia yang sekarang dilanda oleh bermacam-macam revolusi digital, industri, dan pengetahuan dengan kecepatan tinggi,  maka inovasi balajar apa yang harus dijalankan UM?.  Jawabnya sebagaimana tertuang dalam Naskah Akademik Inovasi Belajar bertajuk Learning Innovastion to Enchance Professional and Capability yang disiapkan tim  I-CLIR PIU IDB UM, inovasi belajar yang ditawarkan dan digulirkan untuk menjawab berbagai tantangan, tuntutan dan kebutuhan baru seiring dengan kecenderungan dunia tersebut adalah paradigma belajar berbasis kehidupan (life based learning). 

Pemikiran tetang belajar berbasis kehidupan bertautan erat,  bahkan  saling mengada (koeksistensi) dengan pemikiran tentang kabilitas, transdisiplinaritas, dan interprofesionalisme atau transprofesinalisme. Sehingga untuk memperoleh kontruksi holistik-komprehensif, disamping terus dimatangkan melalui serangkaian kajian diskursif, pelbagai pemikiran terebut diteliti secara empiris dan programatis.

Hasil-hasil kajian dan menelitian tahun 2017 tentang berbagai dimensi yang berkenaan de-ngan pemikiran belajar berbasis kehidupan telah dituangkan dalam tiga buku “Kajian Inovasi Balajar”. Dengan terbitnya tiga buku ini diharapkan khalayak luas dapat memperoleh informasi tentang paradigma belajar berbasis kehidupan, serta segala konsekuensi sistemiknya. Meskipun hal ini  bukan merupakan obat mujarab, bagi seluruh persoalan, tatangan, dan kebutuh-an baru pendidikan Indonesia. Semoga buku hasil karya UM ini, bisa memberikan optimisme dan jalan terang bagi penyelenggara pendidikan bangsa Indonesia.