Select Page

Oleh: Ali Saukah
Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra

Mendorong Perlunya Acuan Penulisan Karya Ilmiah

Pak Nuril Huda meninggal 13 tahun yang lalu akan tetapi jejak-jejaknya masih saya rasakan seolah-olah beliau masih hidup. Betapa tidak, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI) yang sekarang masih tetap digunakan sebagai acuan untuk menulis karya ilmiah (dalam versi Edisi kelima, 2010) bagi para mahasiswa dan dosen UM adalah cetusan gagasan orisinal Pak Nuril Huda. Saya masih ingat beliau merasa prihatin mengamati perbedaan pendapat antara para dosen pembimbing yang muncul mengenai tata cara menulis skripsi, tesis, dan disertasi sehingga mahasiswa bimbingan yang menjadi korban.Perbedaan pendapat itu membuat mahasiswa bingung, mana yang harus diikuti.Bahkan, perbedaan pendapat itu terkadang masih terbawa di meja ujian tesis atau disertasi sehingga mengurangi waktu ujian untuk menanyakan hal yang lebih substansial.

Dengan hadirnya PPKI sejak edisi pertamanya tahun 2003, perbedaan pendapat yang membuat mahasiswa bingung seperti itu sangat jarang terjadi lagi, jika tidak bisa dikatakan tak ada lagi sama sekali. Keberadaan satu acuan resmi yang dianut untuk penulisan karaya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, artickel, makalah, dan laporan penelitian) sungguh memberikan dampak yang luar biasa bagi sivitas akademika suatu perguruan tinggi. Pedoman “PPKI” yang sebetulnya berlaku secara resmi untuk UM saja ternyata juga digunakan oleh perguruan tinggi lain yang belum memiliki Pedoman sendiri. Buku PPKI tampaknya laris terjual di pasaran sehingga ada saja penerbit yang membajaknya dan dijual di toko-toko buku di luar lingkungan UM.

Sekarang ini selalu terdengar kata-kata “PPKI” disebut oleh dosen dan/atau mahasiswa saat bimbingan skripsi/tesis/disertasi. Andaikata dilakukan “polling”, saya prediksi hampir 100% dosen dan mahasiswa mengenal PPKI. Itu buah tangan Pak Nuril Huda! Saya sebagai penerusnya, setiap kali saya ditugasi melakukan koordinasi untuk revisi PPKI, terbayang oleh saya yang menugasi adalah Pak Nuril Huda, termasuk rencana merevisi PPKI Edisi Kelima sekarang ini.

Mendesain Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Indonesia

Dalam Kurikulum mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah, sudah sangat lazim diketahui bahwa belajar Bahasa Inggris adalah belajar berkomunikasi melalui kegiatan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Padahal sebelumnya, belajar Bahasa Inggris lebih dirasakan sebagai belajar membaca saja, karena memang sebelum Kurikulum 1994, pengajaran Bahasa Inggris lebih ditekankan pada kemampuan membaca saja. Perubahan kebijakan dalam pengajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum 1994 yang tidak lagi hanya menekankan pada kemampuan membaca itu juga berkat buah pemikiran Pak Nuril Huda melalui penelitiannya berupa survey nasional tentang pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia yang dilakukan pada tahun 1989-1990. Kurikulum-kurikulum berikutnya dalam mata pelajaran Bahasa Inggris sampai dengan kurikulum yang berlaku sekarang tetap melanjutkan kebijakan tersebut.

Buah pemikiran Pak Nuril Huda juga dapat dirasakan oleh para pemerhati perkembangan kurikulum pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia dari waktu ke waktu. Pada saat sedang maraknya kemunculan pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa, muncul pula istilah pendekatan “kebermaknaan” sebagai pendekatan pengajaran Bahasa Inggris untuk Kurikulum 1994 yang sebetulnya mengadopsi konsep-konsep pendekatan komunikatif Munculnya istilah pendekatan kebermaknaan untuk pendekatan komunikatif dalam pengajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum 1994 didasarkan atas prinsip utama pendekatan komunikatif yang menekankan perlunya negosiasi makna dalam berkomunikasi menggunakan bahasa. Munculnya istilah tersebut juga bagian dari kontribusi buah pemikiran Pak Nuril Huda yang waktu itu dipercaya sebagai salah satu anggota Tim Inti Pengembang Nasional Kurikulum 1994 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Karena kesibukannya sebagai pimpinan IKIP Malang (sekarang UM), pada awal tahun 1990-an Pak Nuril menugasi saya untuk menggantikan kedudukannya sebagai anggota Tim Inti. Sebagai anggota Tim, pengganti beliau, saya merasakan betul bekas-bekas sentuhan buah pemikiran Pak Nuril Huda dalam pengembangan Kurikulum 1994.

Mendesain Pengembangan Jurnal Ilmiah

Banyak pihak, baik di UM maupun di luar UM, mengapresiasi keberhasilan UM yang pernah tercatat sebagai perguruan tinggi yang berhasil menerbitkan jurnal terakreditasi oleh Dikti paling banyak. Para pengelola jumal di UM, khususnya yang jurnalnya pernah terakreditasi, pasti tidak lupa dengan nama Pak Nuril Huda sebagai pimpinan yang secara langsung ikut “merevolusi” penerbitan jurnal ilmiah di IKIP Malang. “Oleh-oleh” berupa kebijakan penerbitan jurnal ilmiah di Indonesia yang dibawa oleh beberapa dosen UM pada tahun 1993-1994 (pada waktu masih IKIP Malang) dari Seminar Lokakarya Dikti tentang pengelolaan jumal ilmiah langsung ditindak-lanjuti oleh Pak Nuril Huda sebagai Pembantu Rektor I IKIP Malang.

Teman-teman di Fakultas Sastra mungkin ada yang tidak tahu bahwa jumal “Bahasa dan Seni” (yang sampai sekarang masih terakreditasi) dahulu bernama “Warta Scientia”. Karena “Warta Scientia” tidak mencerminkan substansi keilmuan artikel yang dimuatnya, maka menurut kebijakan barn Dikti harus diubah namanya menjadi “Bahasa dan Seni”. Revolusi nama seperti ini juga dilakukan pada jurnal­jurnal lain yang diterbitkan di IKIP Malang. Kebijakan Dikti yang lain tentang penerbitan jurnal ilmiah, yang pada waktu itu masih berupa rambu-rambu yang akhimya dituangkan dalam bentuk Instrumen Akreditasi Jurnal, juga langsung diadopsi di IKIP Malang pada tahun 1993-1994. Tampaknya kebijakan barn Dikti tentang penerbitan jurnal ilmiah di Indonesia tersebut sejalan dengan ide dan pemikiran Pak Nuril Huda sebagai akademisi yang aktif berperanan dalam kegiatan akademik di tingkat nasional maupun internasional. Kesejalanan pemikiran itulah yang mungkin mendorong Pak Nuril Huda mengambil langkah kebijakan yang bersifat komprehensif merespon kebijakan Dikti yang baru tersebut. Selain merevolusi sistem penerbitan jurnal di IKIP Malang, beliau juga menyiapkan sarana pendukungnya berupa pembentukan Tim Pengembang Jumal, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang juga mencakup bagaimana menulis artikel ilmiah untuk jurnal, dan penyelenggaraan seminar-lokakarya pengelolaan jumal di IKIP Malang. Jika ditelusur sejarahnya seperti itu, tercatatnya UM sebagai perguruan tinggi yang pernah menerbitkan jumal terakreditasi paling banyak juga karena buah pemikiran Pak Nuril Huda!

Pemikiran Pak Nuril Huda tentang perlunya diselenggarakan seminar­lokakarya tentang pengelolaan jurnal di IKIP Malang akhirnya diperluas jangkauannya dengan mengirimkan undangan secara terbuka kepada para peminat dari seluruh penjuru tanah air. Ternyata responsnya luar biasa. Sejak saat itu sampai dengan sekarang, jumlah peserta yang berminat hampir selalu melebihi alokasi tempat yang tersedia. Sampai dengan saat menjelang wafat, Pak Nuril Huda sebagai pimpinan lembaga tidak hanya memberikan pengarahannya kepada panitia dan fasilitator, akan tetapi juga terlibat langsung sebagai fasilitator dalam kegiatan seminar-lokakarya tersebut. Saya masih ingat, bahkan pada waktu beliau sudah dalam kondisi tidak sehat di sela-sela upaya berobat di Rumah Sakit Dr. Soetomo di Surabaya, beliau masih bersemangat menyajikan topik sebagai fasilitator seminar­lokakarya ini yang secara rutin diselenggarakan di Batu. Semangat itulah yang sampai sekarang tetap menginspirasi panitia dan fasilitator dalam menyelenggarakan seminar-lokakarya pengelolaan jumal.

 Mendorong Terbitnya Jurnal Himpunan Profesi Keilmuan

Jurnal Ilmu Pendidikan, yang lebih dikenal sebagai JIP, adalah jumal ilmiah dalam bidang pendidikan yang dilahirkan pada tahun 1994 oleh Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) dan kemudian dikelola di IKIP Jakarta oleh Prof. Dali S. Naga sebagai Ketua Penyuntingnya. Dua tahun kemudian, karena berbagai alasan, Prof. Dali S. Naga menyerahkan pengelolaan JIP kepada IKIP Malang.Pak Nuril Huda sebagai pimpinan lembaga tanpa ragu-ragu merespons secara positif penyerahan tanggung jawab pengelolaan JIP dari IKIP Jakarta untuk dikelola di IKIP Malang. Tampaknya ketidak-raguan Pak Nuril Huda dalam menerima tanggung jawab penerbitan JIP didasarkan atas prinsip yang selalu dipegang oleh beliau bahwa reputasi perguruan tinggi akan sangat ditentukan oleh karya-karya ilmiah yang dihasilkannya melalui penerbitan dalam bentuk buku dan jurnal ilmiah. Berkat sentuhan langsung maupun tidak langsung dari Pak Nuril Huda akhimya JIP berkembang menjadi jurnal ilmiah dalam bidang pendidikan yang menjadi acuan nasional terbukti dengan diperolehnya status terakreditasi dari Dikti dari sejak awal diberlakukannya sistem akreditasi jurnal ilmiah sampai sekarang.

Pak Nuril Huda sangat yakin bahwa JIP sebagai jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh himpunan profesi keilmuan dalam bidang pendidikan harus betul memperoleh perhatian dan dukungan para anggota komunitas himpunan dalam bidang pendidikan. Saya masih ingat, pada waktu ISPI dan pimpinan LPTK menyelenggarakan konferensi nasional dalam bidang pendidikan (KONASPI), Pak Nuril Huda berusaha sekuat tenaga melakukan “kampanye” untuk memperoleh perhatian dan dukungan para anggota himpunan bagi pengembangan dan keberlangsungan JIP sebagai jumal ilmiah dalam bidang pendidikan di Indonesia.

 

Aktif Memikirkan Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Inggris

Di sela-sela kesibukannya sebagai pejabat di IKIP Malang dan UM, dari sejak jabatan yang diembannya di tingkat Jurusan sampai dengan puncak jabatan sebagai Rektor, Pak Nuril Huda juga sangat aktif dalam kegiatan akademik, selain mengajar dan membimbing, berupa kegiatan penelitian, dan penyajian hasil penelitian serta pemikirannya di forum nasional dan intemasional. Karya-karya ilmiahnya tersebar di berbagai terbitan ilmiah antara lain dalam Proceedings of the Eighth Institute of Language in Education International Conference 1992 (Hongkong), Learners and Language Learning, RELC Anthology Series 39, 1988 (Singapore), TEFLIN Journal, jurnal Warta Scientia, jurnal Bahasa dan Seni, jumal English Language Education, jurnal Forum Penelitian Kependidikan, Jurnal Ilmu Pendidikan (Indonesia). Pada tahun 1999, karya-karya ilmiah yang tersebar di berbagai terbitan ilmiah tersebut dihimpun dan diedit kembali menjadi sebuah buku yang berjudul “Language Learning and Teaching: Issues and Trends”, diterbitkan oleh Penerbit IKIP Malang. Kepakaran Pak Nuril Huda dalam bidang pendidikan Bahasa Inggris terlihat secara jelas dari karya-karya ilmiahnya seperti yang tercermin dalam judul buku tersebut, yaitu dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa secara umum, dan secara khusus dalam bahasa Inggris.

Dalam bidang pembelajaran bahasa Inggris, cakupan pemikiran Pak Nuril Huda cukup komprehensif, mulai dari pembahasan tentang bahasa Inggris yang dikuasai peserta didik sampai dengan bagaimana memperoleh pengetahuan tentang bahasa Inggris yang mereka kuasai. Topik-topik yang dibahas antara lain meliputi (1) karakteristik bahasa peserta didik yang ditinj au dari segi perkembangannya (learner language, interlanguage) dan dari segi kompetensi peserta didik dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa (communicative competence), (2) lingkungan kebahasaan yang berpengaruh terhadap penguasaan bahasa Inggris peserta didik, termasuk di dalamnya pengaruh bahasa yang digunakan oleh pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik terhadap perkembangan bahasa peserta didik, (3) strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik dalam menguasai bahasa serta perlunya strategi pembelajaran diajarkan kepada peserta didik agar mereka lebih berhasil dalam menguasai bahasa Inggris, dan (4) metodologi penelitian yang dianggap sesuai digunakan untuk menggali pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Inggris. Pak Nuril Huda membahas topik-topik tersebut berdasarkan telaah terhadap berbagai pemikiran dan hasil penelitian para pakar dalam bidang pembelajaran bahasa Inggris dan juga berdasarkan hasil penelitian Pak Nuril Huda sendiri.

Dalam bidang pengajaran bahasa Inggris, cakupan pemikiran Pak Nuril Huda juga cukup komprehensif, mulai dari fenomena yang terjadi dalam kelas sampai dengan bagaimana mengelola pengajaran bahasa di tingkat nasional dalam satu sistem pendidikan bahasa Inggris di Indonesia. Topik-topik tentang pengajaran bahasa Inggris yang dibahas oleh Pak Nuril Huda antara lain meliputi: (1) peranan kerja kelompok dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas, (2) implementasi pengajaran bahasa Inggris yang berbasis komunikatif yang dalam konteks di Indonesia juga disebut sebagai pendekatan kebermaknaan, khususnya pada waktu pelaksanaan Kurikulum 1994, (3) silabus yang dapat dikembangkan untuk mengajarkan bahasa Inggris di sekolah, (4) bahan pembelajaran bahasa Inggris, (5) pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar, (6) hasil survey tentang pengajaran bahasa Inggris di sekolah menengah di Indonesia, dan (7) pengelolaan pengajaran bahasa Inggris di Indonesia dalam satu sistem mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Topik-topik tersebut dibahas secara lugas dan jelas oleh Pak Nuril berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya serta pemikiran sendiri yang kemudian dikaitkan dengan hasil telaah pemikiran para ahli dalam bidang pengajaran bahasa Inggris. Paparan pembahasan topik-topik tentang pengajaran bahasa Inggris tersebut memberikan gambaran kedalaman penguasaan Pak Nuril Huda terhadap konsep-konsep pengajaran bahasa Inggris serta kepedulian beliau terhadap pengajaran bahasa Inggris di Indonesia.

Dalam bidang pengajaran bahasa Inggris, cakupan pemikiran Pak Nuril Huda juga cukup komprehensif, mulai dari fenomena yang terjadi dalam kelas sampai dengan bagaimana mengelola pengajaran bahasa di tingkat nasional dalam satu sistem pendidikan bahasa Inggris di Indonesia. Topik-topik tentang pengajaran bahasa Inggris yang dibahas oleh Pak Nuril Huda antara lain meliputi: (1) peranan kerja kelompok dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas, (2) implementasi pengajaran bahasa Inggris yang berbasis komunikatif yang dalam konteks di Indonesia juga disebut sebagai pendekatan kebermaknaan, khususnya pada waktu pelaksanaan Kurikulum 1994, (3) silabus yang dapat dikembangkan untuk mengajarkan bahasa Inggris di sekolah, (4) bahan pembelajaran bahasa Inggris, (5) pengajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar, (6) hasil survey tentang pengajaran bahasa Inggris di sekolah menengah di Indonesia, dan (7) pengelolaan pengajaran bahasa Inggris di Indonesia dalam satu sistem mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Topik-topik tersebut dibahas secara lugas dan jelas oleh Pak Nuril berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya serta pemikiran sendiri yang kemudian dikaitkan dengan hasil telaah pemikiran para ahli dalam bidang pengajaran bahasa Inggris.Paparan pembahasan topik-topik tentang pengajaran bahasa Inggris tersebut memberikan gambaran kedalaman penguasaan Pak Nuril Huda terhadap konsep-konsep pengajaran bahasa Inggris serta kepedulian beliau terhadap pengajaran bahasa Inggris di Indonesia.

Selain keaktifannya dalam meneliti, menulis, dan menyampaikan makalah dalam forum nasional dan intemasional, Pak Nuril Huda juga sangat aktif dalam berorganisasi memajukan mutu pendidikan bahasa Inggris di Indonesia dan di tingkat Asia Tenggara dalam forum TEFLIN, suatu organisasi profesi para pendidik bahasa Inggris di Indonesia, dan dalam forum RELC, suatu lembaga pusat bahasa Inggris yang bermarkas di Singapore yang dibentuk oleh Negara-negara ASEAN. Oleh karena itu,di kalangan akademisi yang menekuni bidang pendidikan bahasa Inggris, di Indonesia dan di Asia Tenggara, nama Pak Nuril Huda sebagai pakar dalam bidang pendidikan bahasa Inggris masih sangat melekat di hati.

 Penutup

Saya sangat yakin bahwa tulisan tentang pemikiran Pak Nuril Huda ini sangat tidak memadai untuk mewakili semua pemikiran Pak Nuril Huda. Namun, harapan saya, tulisan saya ini mengundang tulisan-tulisan dan rekan-rekan lain di UM yang dapat mengungkap pemikiran Pak Nuril yang belum terungkap. Pengungkapan semua pemikiran Pak Nuril akan dapat memberikan inspirasi bagi generasi penerus di UM, maupun generasi penerus para akademisi di Indonesia. Kepergian Pak Nuril Huda ke alam baka, pada saat beliau masih menjabat sebagai Rektor UM, sungguh suatu kehilangan yang sangat terasa, tidak hanya di kalangan warga UM akan tetapi juga di kalangan para akademisi khususnya dalam bidang pendidikan bahasa Inggris di Indonesia.