Select Page

Oleh: Herawati Susilo

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam

“I will start to stop putting things off, tomorrow

Radiyastuti mendapat gelar Ir. dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1961

Prof. Radiyastuti W., mendapat gelar Ir. dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1961

Begitulah bunyi tulisan sindiran yang dipasang Bu Tuti di meja untuk dosen- dosen muda yang tergabung dalam Kelompok Peneliti Pendidikan Lingkungan Hidup (KPPLH) IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang) agar tidak terus menunda melakukan sesuatu yang memang harus segera dilakukan. Beliau termasuk sosok yang sangat realistis, tidak suka menunda pekerjaan yang segera harus dilakukan, dan menyediakan waktu yang cukup untuk melakukannya. Saya ingat bahwa beliau selalu menyediakan waktu setiap Sabtu untuk berkebun di halaman rumah beliau yang luasnya 1200 m2 di Jl. Watugong 37, Malang, atau di halaman rumah Jl. Semarang 6, Malang. Saya juga ingat betapa kerasnya beliau menginginkan pensiun ketika sudah waktunya pensiun, yaitu ketika beliau berusia 65 tahun pada 18 Februari 2000. Kalau banyak orang ingin agar mereka dapat diperpanjang masa kerjanya, beliau memilih mundur untuk memberikan kesempatan kepada yang muda untuk segera “berkibar”, demikian istilah beliau. Waktu pensiun beliau gunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang seringkali “tidak atau belum sempat” beliau lakukan selama masih aktif menjadi dosen. Beliau sangat sadar mengenai “waktu” sebagai suatu sumber daya, yaitu bahwa untuk melakukan sesuatu harus disediakan waktu yang cukup, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tulisan singkat ini akan memaparkan riwayat hidup singkat Prof. Ir. Radyastuti Winarno, konsep “darling” (sadar lingkungan) menurut beliau dan apa saja usaha beliau dalam mewujudkannya, serta sisi-sisi kemanusiaan beliau sebagai wanita unik yang berfungsi dan menjadi teladan bagi para dosen binaan beliau dan orang-orang lain yang sempat mendengarkan pokok pikiran beliau.

Radyastuti Sudibyo lahir di Sumenep, tanggal 18 Februari 1935, puteri dari Bapak Djoko Sudibyo.  Beliau lulus dan mendapat gelar Ir. dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tahun 1961. Selain mengajar di IKIP Malang, beliau juga menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Beliau menikah dengan Ir. Baskoro Winarno, dosen di Jurusan Pertanian Universitas Brawijaya dan dikaruniai dua orang puteri, yaitu Ira dan Janita.

Selama menjadi dosen di IKIP Malang Bu Radyastuti Winarno membina mata kuliah Ekologi Dasar untuk mahasiswa program Sarjana Muda, dan Ekologi Lanjut untuk mahasiswa program Doktoral. Mata kuliah lain yang juga beliau bina adalah Pengetahuan Lingkungan.

Selama menjadi dosen di IKIP Malang Bu Radyastuti Winarno membina mata kuliah Ekologi Dasar untuk mahasiswa program Sarjana Muda, dan Ekologi Lanjut untuk mahasiswa program Doktoral. Mata kuliah lain yang juga beliau bina adalah Pengetahuan Lingkungan.

Segala tingkah laku Bu Radyastuti mencerminkan prinsip-prinsip ekologi yang beliau tekuni selama sekitar tiga dasawarsa. Beliau adalah seorang yang sangat konsisten dalam mendalami suatu bidang dan karena itu menjadi sangat knowledgeable mengenai bidang lingkungan hidup dan pendidikan lingkungan hidup. Setelah beliau memperoleh gelar Guru Besar dalam bidang Pendidikan Lingkungan Hidup, beliau malah lebih sering dipanggil ke Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya untuk menjadi pembimbing atau penguji para mahasiswa S-2 (bahkan juga S-3) yang tesis atau disertasinya dalam bidang Lingkungan Hidup, dibandingkan di Program Pascasarjana UM. Beliau tidak dikaryakan baik sebagai pembimbing maupun penguji mahasiswa S-2 di Jurusan Pendidikan Biologi UM, karena beliau bukan seorang Doktor. Untungnya beliau masih diberi kesempatan untuk membina matakuliah Ekologi Lanjut maupun Pendidikan Lingkungan Hidup. Saya ingat bagaimana Pak Subiyanto yang menjadi Ketua Program Studi Magister Pendidikan Biologi dan saya sebagai sekretarisnya sudah berusaha menghadap Bapak Rektor untuk membahas kemungkinan beliau untuk bisa diangkat sebagai pembimbing maupun penguji tesis mahasiswa. Upaya ini tidak berhasil karena di IKIP Malang tetap diperlakukan hanya lulusan S-2 atau S-3 yang boleh membimbing dan menguji tesis mahasiswa S-2. Saya tidak tahu bagaimana perasaan beliau memperoleh perlakuan seperti ini, mungkin bisa juga hal ini menjadi salah satu faktor yang menguatkan beliau untuk pensiun pada usia pensiun dan tidak ingin diperpanjang lagi masa kerjanya.

Pada tanggal 29 Desember 1992 Prof. Ir. Radyastuti menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul Ekologi sebagai Dasar untuk Memahami Tatanan Lingkungan Hidup. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pidato pengukuhan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, dalam lingkungan hidup terdapat dinamika dalam kestabilan dan kemandirian. Meskipun mempunyai aspek dinamika, lingkungan alam dapat dikatakan stabil dan suatu keseimbangan dapat tercapai. Meskipun pertumbuhan populasi luar biasa besarnya, populasi tetap terkendali karena adanya suatu rangkaian pengaturan dan keseimbangan. Adanya keseimbangan ini sering kali tidak diperhatikan, sampai terjadi gangguan oleh manusia. Apabila sistem pengaturan alam berubah, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengatur populasinya, sampai seimbang kembali.

Kedua, manusia semakin sadar bahwa kegiatannya mempunyai dampak terhadap lingkungan alam, tetapi manusia harus tahu bahwa ia merupakan bagian dari lingkungan. Manusia mengembangkan cara baru untuk mengatasi lingkungannya yaitu melalui daya cipta, mempelajari dan berkomunikasi, hal ini merupakan kemampuan manusia untuk menemukan sesuatu dan mengadakan perubahan yang cepat. Manusia dengan pemakaian teknologi dapat menghasilkan perubahan dalam lingkungannya yang jauh lebih cepat daripada sebagian besar makhluk hidup lainnya. Beberapa perkembangan hasil teknologi mengakibatkan berkat campuran, yaitu di satu pihak akibat yang tak dapat diramalkan dan merusak, di pihak lain yaitu memperoleh keuntungan dari tujuan tersebut. Semua kegiatan manusia mempengaruhi lingkungan alam, dan selama populasi manusia terus bertambah dan produktivitas materi kita terus naik, dampaknya akan senantiasa semakin merusak.

Ketiga, manusia tidak dapat memisahkan dirinya dari lingkungan alam. Kita bertumpu sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, dan sebagian besar materi bagi sandang dan papan sampai pada kebutuhan untuk rekreasi. Kelanggengan kehidupan kita tergantung dari pemeliharaan lingkungan alam yang sehat. Kita semua merusak lingkungan alam yang menyebabkan perubahan yang lebih cepat, dibandingkan sebagai makhluk hidup yang dapat mengatasi lingkungan. Kita merusak diri kita sendiri, menghasilkan pembahan yang lebih cepat daripada untuk dapat mengatasi kemerosotan lingkungan.

Keempat, bagaimanapun usahanya, manusia tidak dapat menghindarkan diri dari pengaturan kekuatan alam dan harus menyusun kembali aktivitasnya untuk menyesuaikan pada sistem alam. Manusia merupakan bagian dari lingkungan alam. Tidak ada pertanyaan yang dapat dijawab, demikian pula tidak ada masalah lingkungan yang dapat dipecahkan tanpa adanya pemahaman tentang fungsi lingkungan alam. Manusia perlu menumbuhkan pengertian tentang proses ekologi dan letak ekologi sebagai bagian dari biologi.

Cuplikan pidato di atas menunjukkan betapa manusia sebagai bagian dari lingkungan alam tidak dapat memisahkan diri dari alam dan agar dapat berperan dalam memelihara alam, perlu memahami konsep-konsep dasar mengenai bagaimana alam bekerja, bagaimana manusia yang menjadi salah satu bagian alam menjadi penyebab utama kerusakan alam, dan karenanya harus berfungsi sebagai penjaga alam yang “sadar lingkungan” (”darling”). Lebih lanjut beliau menguraikan mengenai sejarah ekologi, pengertian ekologi, dan sifat interdisiplin ekologi. Dipaparkan proses yang berlangsung dalam ekosistem dan upaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Kembali beliau menekankan bahwa pemecahan masalah lingkungan yang utama terletak pada manusianya sebagai industrialis, pengambil keputusan pembangunan, dan para politikus. Selain itu diperlukan peningkatan peran para ahli ekologi yang memahami berbagai hal terkait bidang konservasi, pengelolaan tanah, kepariwisataan, dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Berikutnya beliau menguraikan mengenai pentingnya sumberdaya hayati bagi manusia,  baik  sebagai  makanan,  obat-obatan,  dan  lainnya.  Manusia  perlu memperhatikan populasi liar baik tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang mudah punah karena aktivitas manusia. Spesies liar itu merupakan plasma nutfah yang tidak dapat diciptakan lagi apabila sudah punah.

Beliau menguraikan bahwa keadaan dunia di masa yang akan datang (yaitu kita dihadapkan pada krisis atau bencana atau menikmati dunia yang lebih membahagiakan) sangat ditentukan oleh pilihan kita sekarang dalam mengelola sumber daya alam. Kita bisa bersifat pesimis atau optimis dalam menentukan masa depan planet bumi.

Dari sikap pesimis kita telah mengetahui bahwa manusia telah memanfaatkan sumber daya alam secara berlebih-lebihan dan mengancam sistem dasar bagi semua kehidupan. Bila pertumbuhan populasi terus berlanjut, jumlah manusia di beberapa tempat akan melampaui kemampuan masyarakatnya untuk memberikan lapangan pekerjaan, pangan dan kebutuhan hidup yang lain. Baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, pemakaian sumber daya dan akibat merusak dari teknologi telah melampaui penyediaan energi, air dan udara bersih, maupun kemampuan lingkungan untuk menyerap limbah dan melawan gangguan ekologi. Saat ini sudah ada peringatan bahwa kita pasti akan kehilangan tanah-tanah pertanian yang subur, akan terjadi kerusakan hutan, perubahan atmosfer dan iklim global dan menurunnya keanekaragaman hayati, dan semua perubahan ini dapat mengurangi kenyamanan kita di tahun-tahun yang akan datang.

Pandangan optimis menyatakan bahwa akan ada harapan di masa yang akan datang. Di beberapa bagian dunia, akal manusia dan kerja sama di segala bidang telah meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan lingkungan. Bila stabilisasi kependudukan yang telah dicapai di beberapa negara dapat diikuti oleh negara- negara lain, maka kemungkinan populasi dunia dapat ikut stabil di awal abad ke-21 yang akan datang, pada tingkat daya dukung planet ini. Bila konservasi energi, substitusi materi dan daur ulang, serta energi surya dapat mencapai potensinya dan bila teknologi baru dapat tersedia di negara-negara yang sedang berkembang dengan harga yang terjangkau – maka akibat merugikan yang disebabkan karena teknik konvensional dalam memperoleh dan memanfaatkan energi dapat dihindarkan. Bila peningkatan penyediaan pangan dan kesehatan dapat dicapai, maka kelaparan dan penyakit yang sekarang membunuh atau mengurangi kemampuan fisik jutaan penduduk setiap tahun dapat dicegah.

Lebih lanjut beliau menguraikan perlunya pertumbuhan ekonomi yang berwawasan lingkungan, yaitu agar tidak terjadi kontroversi antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Pengalaman di masa yang lalu tidak dapat dilanjutkan pada masa-masa yang akan datang. Pemakaian sumber daya yang boros harus segera diubah, yang semula mengambil materi baru untuk menghasilkan barang dan barang diproduksi untuk cepat aus dan diganti serta dibuang bersama-sama sisa-sisa industri, harus diganti dengan etika konservasi yang menekankan pada penurunan konsumsi, pemulihan, pemakaian kembali dan daur ulang.

Beliau mengharapkan agar sistem ekonomi masa depan akan menuju ke arah keseimbangan dengan sistem alam, dimana sumber daya akan dimanfaatkan berulang-ulang dan pemulihan energi akan dimaksimumkan bila hal tersebut memungkinkan. Kita harus menganggap pemakaian ulang dan daur ulang sebagai persediaan, dan sumber daya asalnya sebagai penunjang, dibandingkan usaha sebaliknya yaitu selalu memakai sumber daya alam yang baru.

Lebih lanjut beliau menguraikan mengenai pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan program pemerintah. Dalam pembangunan berkesinambungan ini dinyatakan bahwa pembangunan harus berlanjut dengan berwawasan lingkungan, sehingga pembangunan dan pengelolaan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Pembangunan yang berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang terus menerus dengan selalu mendapatkan dukungan dari sumberdaya yang diperlukan. Hal ini dapat terlaksana bila sumber daya tidak mengalami kemerosotan. Manusia dapat mengelola sumber dayanya apabila ia mengetahui apa yang telah diperbuat dan yang akan diperbuat. Diperlukan adanya kesepakatan dalam usaha untuk melindungi dan membagi sumber daya, Kita perlu jaminan bahwa pembangunan dimungkinkan dan kita serta generasi berikut akan memperoleh manfaat dari pembangunan tersebut.

Sayangnya, menurut beliau kita memperoleh pengalaman dari sejarah bahwa manusia tidak bekerja secara efisien dan efektif untuk mencapai sesuatu tujuan, bila mereka tidak tahu mengapa mereka harus bekerja dan melihat suatu manfaat bagi dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu beliau mengharapkan pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengatur kesehatannya sendiri, berkeluarga berencana, mengkonservasi tanah, melindungi sumber daya air dan program-program sumber daya lainnya, yang akan merupakan kunci keberhasilan program-program tersebut.

Lebih lanjut, dalam membicarakan tentang tatanan alam dalam lingkungan beliau menguraikan mengenai etika lingkungan yang mengatur hubungan moral antara manusia dengan alamnya. Manusia mempunyai kewajiban-kewajiban, keharusan atau tanggung jawab terhadap lingkungan alam di bumi. Ada prinsip- prinsip etika yang berkaitan dengan manusia terhadap keharusan moral yang berhubungan dengan alam. Selanjutnya beliau perkenalkan mengenai Hukum Lingkungan. Beliau menguraikan adanya perbedaan antara Hukum Lingkungan yang berorientasi pada lingkungan atau “environment oriented law” dan Hukum Lingkungan yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau “use oriented law”.

Hukum lingkungan yang “environment oriented” menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemerosotanmutunya demi menjamin kelestariannya agar dapat secara terus menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. sedangkan hukum lingkungan yang “use oriented” menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama untuk menjamin penggunaan dan eksploatasi sumber daya lingkungan dengan berbagai cara guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya. “environment oriented law” berorientasi kepada lingkungan sehingga sifat dan wataknya mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Hukum lingkungan di Indonesia meliputi aspek seperti hukum kesehatan lingkungan, hukum perlindungan lingkungan, hukum tata lingkungan, hukum pencemaran lingkungan dan lain-lain.

Selanjutnya, beliau menekankan bahwa hukum tata lingkungan mengatur penataan lingkungan guna mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial budaya (Hardjasoemantri, 1986). Tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang tertera dalam pasal 4 Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH), antara lain menyebutkan tercapainya keselarasan antara manusia dengan lingkungan hidup, terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan terwujudnya manusia indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.

Kesimpulan dari pidato yang disampaikan adalah sebagai berikut. Pertama, ekologi merupakan ilmu yang memberikan dasar pengetahuan untuk dapat mengerti perilaku alam. Dari sejarah telah diketahui bahwa manusia purba telah memakai prinsip-prinsip ekologi untuk mempertahankan hidupnya. Tatanan dalam alam yang selama ini dikenal manusia dianggap sebagai sesuatu yang alami dan bersifat langgeng, manusia terlambat untuk mengenalnya. Karena tidak mengerti tatanan tersebut maka terjadilah kemerosotan kualitas lingkungan bersama-sama dengan bertambahnya populasi manusia. Hal ini dirasakan sebagai suatu gangguan yang sebenarnya sudah dapat diramalkan sebelumnya bila pengetahuan mengenai perilaku alam sudah dipahami.

Kedua, lingkungan hidup mempunyai dinamika dalam kestabilan dan keman- dirian. Kestabilan itu semuanya diatur secara  alami,  bila  tidak  terjadi gangguan dalam ekosistem. Gangguan alam tidak akan terjadi bila setiap makhluk mengerti fungsinya di dalam ekosistem. Karena perkembangan peradaban, teknologi telah membantu  manusia  dalam  berbagai  fungsinya sebagai salah satu makhluk dalam lingkungan hidup.

Ketiga, perkembangan ekologi berjalan dengan pesat, dari asalnya yang sudah multidisiplin ditambah lagi dukungan dari ilmu-ilmu yang lain. Dalam mempelajari lingkungan hidup seringkali perlu dibuat model ekosistem untuk mempermudah pemecahan  masalah.  Pemecahan  masalah  terutama  berkisar pada masalah sumber daya hayati yang semakin menurun dalam jumlah dan jenisnya yang disebabkan karena ekploatasi yang berlebih-lebihan. Kegiatan ekploatasi inilah yang harus dikendalikan dan diimbangi dengan usaha peles- tarian. Untuk meningkatkan usaha pelestarian  lingkungan,  perlu  dipahami adanya etika lingkungan yang mengatur hubungan moral antara  manusia  de- ngan lingkungan alamnya. Tata aturan ini kemudian dituangkan dalam suatu hukum yang dikenal sebagai Hukum Lingkungan.

Bu Radyastuti pernah menjadi Kepala Pusat Kajian Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKPKLH) IKIP Malang selama 3 tahun mulai tahun 1994 sampai April 1997. Beliau digantikan oleh pejabat baru yaitu Dra. Susilowati, M.S. Selama menjabat sebagai Kepala PKPKLH beliau sempat mengusulkan dan diterima usulannya untuk memberlakukan pemberian bekal mengajarkan Pendidikan Lingkungan kepada semua calon guru di IKIP Malang melalui mata kuliah Pendidikan Lingkungan. Sayang sekali pemberlakuan ini hanya berlangsung selama beberapa tahun, karena berikutnya, dengan adanya pembaharuan kurikulum di Universitas Negeri Malang tahun 2000-an, pemberian bekal Pendidikan Lingkungan Hidup ini tidak dilanjutkan lagi.

Kegiatan penelitian yang terkait lingkungan hidup beliau lakukan sejak tahun 1990, baik sebagai peneliti utama, maupun anggota peneliti. Awal mulanya beliau menjadi anggota peneliti dalam penelitian mengenai Peranserta masyarakat perkotaan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kotamadya Malang. Pada waktu yang hampir bersamaan (1990), beliau lakukan penelitian mengenai Inventarisasi dan analisis komposisi sampah serta kemungkinannya sebagai sumberdaya, kali ini sebagai peneliti utama. Kegiatan ini berlanjut dengan penelitian lain, juga sebagai peneliti utama, mengenai Pendayagunaan sampah organik di TPA Kodya Malang untuk memperpanjang fungsi lahan penimbunan sampah (1990). Hasil dari penelitian- penelitian ini menambah wawasan beliau mengenai persampahan di kota Malang dan memperkaya materi perkuliahan beliau mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup.

Sosok Bu Radyastuti Winarno berikutnya saya uraikan di sini sebagai bagian dari pengalaman saya menjadi anggota Kelompok Peneliti Pendidikan Lingkungan Hidup (KPPLH) yang melaporkan kegiatan dan rancangannya dalam kegiatan Technoderma Jakarta tangal 1-7 Maret tahun 1999. Kelompok Peneliti Pendidikan Lingkungan Hidup (KPPLH) IKIP Malang merupakan kumpulan dosen IKIP Malang yang berminat menjadi peneliti, pemakalah, penatar, pelatih, dan pengabdi pada masyarakat di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Kelompok ini dikader dan dibina oleh Prof. Ir. Radyastuti Winarno sejak tahun 1994 pada saat beliau menjadi Kepala Pusat Kajian Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKPKLH), Lembaga Penelitian IKIP Malang (Tahun 1994 – 1997). Pada saat itu setiap dosen IKIP Malang yang berminat dalam pengembangan bidang kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (BKPLH) dapat bergabung dalam KPPLH IKIP Malang. Pada saat itu anggota aktif KPPLH 9 orang yaitu: Prof. Ir. Radyastuti Winarno (merangkap Ketua), Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd (merangkap Sekretaris), Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D (merangkap Bendahara), Drs. Sugeng Utaya, M.Si, Drs. Soebagio, Drs. I Komang Astina, M.Si., Drs. Fatchur Rohman, M.Si., dan Drs. I Wayan Sumberartha, dan Dr. Wahjoedi, yang dibantu 2 penyelenggara administrasi yaitu Idi Rathomy Basia, S.Pd dan Wiwiet Widayati, S.Pd.

Sejak 1997 PKPKLH IKIP Malang dipimpin oleh Ibu Dra. Susilowati, M.S. PKPKLH IKIP Malang memiliki 4 bidang kajian yaitu Bidang Kajian Sosial Kultur dan Ekonomi Lingkungan (BSKEL), Bidang Kajian Sumber Daya (BKSD), Bidang Kajian Kuatitas Lingkungan (BKKL), dan Bidang Kajian Pendidikan Lingkungan Hidup (BKPLH). Sejak Oktober 1998 PKPKLH IKIP MALANG terpilih menjadi Komisi Pendidikan dan Pelatihan BKPSL, dalam hal ini KPPLH juga berharap dapat berperanserta dalam kegiatan Komisi tersebut. Acara menghadiri Technogerma Jakarta 1999 merupakan kegiatan pertama KPPLH dalam membantu PKPKLH dalam tugasnya sebagai Komisi Pendidikan dan Pelatihan BKPSL yaitu sebagai upaya memperkenalkan PKPKLH IKIP Malang dengan KPPLH-nya.

Laporan presentasi yang dituangkan dalam makalah yang disusun oleh Prof. Ir. Radyastuti Winarno. Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd., Dra Herawati Susilo, M, Sc., Ph. D, Drs Sugeng Utaya, M. Si. Dan Drs. Fathur Rohman, M,S. tahun 1999 tersebut saya anggap dapat mencerminkan pokok pikiran dan prestasi Bu Radyastuti dalam peran beliau “menggalang kemitraan untuk mengatasi permasalahan lingkungan melalui PLH dalam menyongsong milenium ketiga”.

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa KPPLH IKIP Malang sejak didirikan pada tahun 1994 terus-menerus berupaya ikut berperanserta dalam pembangunan berkelanjutan. Salah satu dampak pembangunan adalah munculnya permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan dapat diatasi secara administratis teknis, dan edukatif. KPPLH berperan membantu mengatasi permasalahan lingkungan ini melalui jalur edukatif. Kegiatan di jalur edukatif (melalui pendidikan di sekolah sebagai sasaran utama dan pendidikan luar sekolah) ditempuh melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga di dalam negeri maupun dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh KPPLH IKIP Malang adalah terbentuknya “Lingkungan Hidup Idaman” (Era Emas, yaitu energi murah dan banyak, penyebab efek rumah kaca dan hujan asam berhenti dihasilkan, lapisan ozon dapat pulih, bioteknologi berkembang pesat, pertumbuhan pcpulasi terkendali, spesies yang punah berkurang (tidak ada). Masyarakat pada masa itu diharap sudah tidak lagi menjadi pengeksploitasi lingkungan tetapi menjadi penjaga, pemelihara dan pelestari lingkungan.

Hal-hal yang telah dilakukan KPPLH IKIP Malang sebagai wujud peransertanya dalam kegiatan pembangunan berkelanjutan ini adalah sebagai berikut.

  • Pengembangan Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Tingkat Pendidikan Dasar dalam rangka Menunjang Pembangunan Berkelanjutan (Riset Unggulan Terpadu/RUT II, 1994-1997).

RUT merupakan penelitian perorangan dan bukan merupakan penelitian kelembagaan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SD dan SMP dengan memberikan Modul PLH untuk guru sebagai bahan integrasi ke dalam matapelajaran. Telah dihasilkan 24 (dua puluh empat) macam Modul PLH untuk guru SD dan SMP, yang terdiri atas modul PLH sebagai bahan integrasi ke dalam matapelajaran IPA, IPS, PPKn dan Geografi SD kelas 3, 4, 5 dan 6 serta matapelajaran Biologi, Ekonomi, Geografi dan PPKn SMP kelas 1, 2 dan 3. Seluruh rangkaian penelitian ini juga melibatkan kegiatan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: Tahun 1994/1995 merupakan Tahap I atau Tahap Eksplorasi, bertujuan mengeskplorasi pengajaran PLH di SD dan SMP se Jawa, Tahun 1995/1996 merupakan Tahap II atau Tahap Eksperimentasi di Jawa Timur, bertujuan menguji keefektifan modul PLH, dan Tahun 1996/1997 merupakan Tahap III atau Tahap Evaluasi dan Diseminasi, bertujuan mengevaluasi dan mendiseminasikan modul PLH ke Sumatera Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

Kegiatan pendidikan yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah menyusun GBPP PLH, modul PLH serta melaksanakan pengajaran PLH di kelas oleh para guru SD dan SMP. Sedangkan dalam rangka memberikan pemahaman guru tentang PLH, peneliti melakukan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu menatar guru menggunakan modul PLH, dan pemberian materi PLH.

Hingga bulan Maret 1997, penelitian RUT telah selesai dan berhasil menyusun 24 modul PLH yang efektif. Modul PLH untuk guru tersebut telah diterbitkan oleh PT. Pradnya Paramitha, Jl. Bunga 8-8A Matraman, Jakarta 13140. Target berikutnya adalah merekomendasikan agar modul PLH dijadikan buku wajib bagi para guru SD dan SMP di seluruh Indonesia, sebagai bahan pengintegrasian PLH ke dalam matapelajaran di SD dan SMP.

Melalui RUT telah berhasil digalakkan kerjasama dengan Dirjen Dikdasmen, Kanwil Depdikbud Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKl Jakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan. Juga kerjasama dengan para Kandep Dikbud Kotamadya dan Kabupaten se Jawa, khususnya Pasuruan, Malang dan Blitar. Kerja sama yang erat selama pelaksanaan penelitian Tahun 1994-1997 adalah dengan para Kepala Sekoiah dan Guru SD dan SMP yang menjadi sampel penelitian, khususnya di Kotamadya dan Kabupaten Pasuruan, Blitar dan Malang.

Para peneliti RUT adalah Prof. Ir. Radyastuti Winarnno (Peneliti Utama), Herawati Susilo, M. Sc, Ph. D, Dr Wahjoedi dan Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd.

  • Pengembangan Materi Pencemaran Lingkungan dan Pengendaliannya untuk SMPJawa Timur (1995–1997).

Melalui Bapedal dan Pollution Control Implementation (PCI) Project, Pemerintah Australia menugaskan KPPLH untuk melaksanakan penelitian berjudul “Pengembangan Materi Pencemaran Lingkungan dan Pengendaliannya untuk SMP Jawa Timur” dengan target 12 modul Pencemaran untuk guru SMP dalam matapelajaran Biologi, Ekonomi, Geografi dan PPKn. Di samping itu juga dihasilkan buku Inti “Lingkungan Hidup Kita” yang diterbitkan oleh YA3 Malang, Jl. Ciliwung 11/21 Malang 65122, sebagai buku pengayaan/teks, 70 buah lembar kerja siswa (LKS), 10 buah poster, 60 film slide disertai narasi audio, yang semuanya disertai petunjuk penggunaannya. Penelitian ini dilaksanakan tahun 1995-1997.

Dalam rangka persiapan penelitian, Peneliti Utama diundang ke Australia guna melaksanakan observational study tour. Dalam observational study tour ini berhasil diikutsertakan dua orang dosen yaitu Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd (anggota peneliti) dan Drs. Agus Dharmawan, MSi (Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat IKIP Malang). Kegiatan ini diselenggarakan pada 9 Oktober-4 November 1995.

Rangkaian kegiatan penelitian ini juga melibatkan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam kegiatan pendidikan dilaksanakan penyusunan GBPP, modul, LKS serta pengajaran di kelas. Sedangkan dalam rangka peningkatan pemahaman dan keterampilan guru mengintegrasikan materi pencemaran dan pengendaliannya, telah dilaksanakan penataran dan pelatihan untuk guru SMP, pada tanggal 26 Maret 1996 di IKIPMalang. Juga diselenggarakan pertemuan dengan para guru Kotamadya Malang dalam rangka uji coba modul secara terbatas, tanggal 9 Februari 1996. Untuk mendapatkan balikan dari hasil pengkajian para pakar, dilaksanakan Seminar Pakar guna mengevaluasi modul pencemaran. Seminar pakar tersebut diselenggarakan pada tanggal 22 Maret 1996 di IKIP Malang. Sebagai kelanjutan dari penelitian ini dilaksanakan Sarasehan Guru SMP Jawa Timur tentang Pengajaran Pencemaran Lingkungan dan Pengendaliannya. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah agar terjadi tukar-menukar informasi dan pengalaman antara para guru  dalam  pengajaran  pencemaran  lingkungan  dan  pengendaliannya.  Dengan demikian diharapkan akan timbul kreativitas guru dalam mengatasi permasalahan pengajaran yang dihadapinya. Acara ini diselenggarakan di IKIP Malang tanggal 4-5 Nopember 1996.

  • Peningkatan Kepedulian Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Melalui Pendidikan dan Pelatihan (1996-1997).

Kegiatan penelitian ini merupakan kerjasama dengan Perum Jasa Tirta Malang yang dilaksanakan dengan target tersusunnya Buku Pedoman, makalah-makalah, lembar kegiatan siswa (LKS), KIT pemantauan kualitas air, serta terbentuknya organisasi Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air yang beranggotakan 28 SMU sepanjang Daerah Pengaliran Sungai Brantas, Jawa Timur.

Rangkaian penelitian ini meliputi eksplorasi, penataran dan pelatihan guru dalam menggunakan LKS serta pemantauan ke sekolah-sekolah, yang dilaksanakan selama tahun 1996/1997. Pelatihan untuk guru SMU diselenggarakan pada tanggal 18 dan 19 Oktober 1996 di IKIP Malang. Kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat baik dari Perum Jasa Tirta dan Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Timur, dan dikembangkan sebagai salah satu kegiatan bidang studi dalam kurikulum SMU Jawa Timur. Melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 1996-1997 ini telah digalang kepedulian sekolah mengenai pentingnya menjaga sungai sebagai salah satu sumberdaya air. Sebagai suatu kelompok peneliti kami menemukan ide bagaimana menggunakan sungai sebagai sumber belajar siswa melalui pembelajaran biologi, kimia, ekonomi, dan geografi di SMA. Melalui pembelajaran biologi, kami mengenalkan ke siswa bagaimana memeriksa kualitas air sungai melalui pengamatan hewan-hewan invertebrata yang hidup di sungai tersebut karena hewan- hewan itu dapat menjadi indikator kualitas air. Ada hewan yang hanya ditemukan di daerah yang sangat bersih, bebas polutan, yaitu Planaria, ada hewan yang masih bisa hidup di daerah yang tercemar sedikit, dan ada hewan yang masih tetap hidup di daerah yang sangat tercemar. Melalui pelajaran Kimia dikenalkan bagaimana mengukur BOD, COD, pH air. Melalui Pelajaran Geografi dikenalkan mengenai kekuatan aliran air, serta derajad kekeruhan air menggunakan cakran Sechi, dan rona lingkungan sekitar sungai. Melalui pelajaran ekonomi dikenalkan berbagai cara pemanfatan sungai oleh penduduk sekitar sungai, termasuk di dalamnya adanya sampah organik dan anorganik yang dibuang ke sungai.

  • Pengembangan Jaring-Jaring  Komunikasi  Pemantauan  Sumber  Daya  Air (1997—1998).

Kerjasama dengan Perum Jasa Tirta dilanjutkan dengan mengadakan penelitian lanjutan pada tahun 1997/1998 dengan judul “Pengembangan Jaring- jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air”. Dalam penelitian tahap II berhasil dibentuk organisasi “Jaring-jaring Pemantauan Kualitas Air” dengan anggota SMU DPS Brantas yang mendapat sambutan yang positif, baik dari Perum Jasa Tirta maupun dari Pemerintah daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur. Jaring-jaring tersebut diintensifkan dan diusulkan sebagai salah satu kegiatan dalam kurikukum muatan lokal Jawa Timur. Untuk itu dilaksanakan sarasehan yang mengikut sertakan para kepala sekoiah dari 28 SMU anggota Jaring-jaring, disertai seorang guru. Sarasehan ini dilaksanakan di Perum Jasa Tirta Malang, tanggal 24 Juni 1997 dan di IKIP Malang tanggal 18 Februari 1999. Sebagai pelengkap pelaksanaan organisasi telah disusun Buku Pengelolaan Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JKPKA), Buku Panduan Penyuluhan Kepedulian Siswa SMU terhadap Sumberdaya Air dan Buku Materi Pelatihan, Kumpulan LKS, Buku Pegangan Tentang Air, Transparansi Panduan Penyuluhan. Dalam kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan beberapa kali kunjungan ke SMU, diadakan lomba yang diikuti para siswa yaitu: lomba karya ilmiah tentang air (diikuti oleh 33 siswa), penulisan laporan pemantauan kualitas air (diikuti oleh 28 kelompok siswa), pembuatan poster (diikuti oleh 22 siswa), dan pembuatan puisi (diikuti oleh 90 siswa).

Para peneliti adalah Prof. Ir. Radyastuti Winarno (Peneliti Utama), Drs. Sugeng Utaya, M.Si, Herawati Susilo, MSc, Ph.D, Drs. Subagio, dan Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd.

  • Peningkatan Keprofesionalan Guru Sains dalam Mempersiapkan Siswa Menuju Abad 21 Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (1998-2000).

Penelitian yang merupakan Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI ini dietuai oleh Ibu Radyastuti Winarno memperoleh biaya keseluruhan Rp223.163.500,00 untuk tiga tahun. Anggota peneliti adalah Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D dan Drs. Soebagio. Sebenarnya penelitian ini menunjukkan bagaimana Bu Tuti mengakomodasi keinginan para peneliti anggotanya dalam mengembangkan keprofesionalan guru, dan tidak langsung terkait Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

Penelitian ini menghasilkan dua artikel dalam jurnal yaitu oleh Drs. Soebagio berjudul “Persepsi Guru Kimia SMU Jawa Timur Mengenai Penyiapan Siswa Menuju Abad 21 Melalui Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat” yang diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Kependidikan Th. 10 No. 1 Juni 2000 ISSN 08458323 (Terakreditasi) dan oleh Drs. Soebagio, Drs. Soetarno dan Wiwik Harmiati, S.Pd berjudul “Penggunaan Daur Belajar untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Pemahaman Konsep Sel Elektrolisis pada Siswa Kelas III SMU Negeri 2 Jombang” yang diterbitkan dalam Media Komunikasi Kimia No. 1 Tahun 5 Pebruari 2001 ISSN 1410-0010 Hal 48 – 57. Selain itu dihasilkan 4 Makalah Seminar Nasional dan 38 buah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu dihasilkan Buku Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Sains Teknologi, Masyarakat (STS) dan Buku Pedoman Pelaksanan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Boleh dikatakan bahwa penelitian ini merupakan awal ajang belajar para dosen FMIPA IKIP Malang/UM untuk melakukan PTK bersama guru SMP/SMAdi Jawa Timur yang terlibat dalam penelitian RUT ini.

Kegiatan penting lain yang dilakukan oleh Ibu Radyastuti bersama KPPLH-nya selama 1994-1997 adalah sebagai berikut.

  • Studi Banding ke Perguruan Tinggi Lain

Pada tahun 1993-1994 telah dilaksanakan kegiatan studi banding tentang kelembagaan PKLH serta perkuliahan PKLH sebagai matakuliah wajib di UGM Jogyakarta dan ITB Bandung. Hasil studi dijadikan masukan dalam rangka pengembangan PKPKLH dan kuliah PLH di IKIP Malang.

  • Keriasama dengan VEDC/PPPGT Malang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dosen VEDC/PPPGT (Pusat Pelatihan Pendidikan Guru Teknik) Malang dalam perkuliahan Lingkungan Hidup, PKPKLH IKIP Malang diminta untuk memberikan penataran kepada para dosen VEDC. Penataran dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1993 di Hotel Montana, Malang, diikuti oieh 40 dosen VEDC. Para penatar dari PKPKLH IKIP Malang adaiah Prof. Ir. Radyastuti Winarno, Dra. Herawati Susilo, MSc, Ph.D dan Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd. Kerjasama dengan VEDC tersebut masih terus berlanjut hingga saat ini.

  • Seminar dan Lokakarva PLH Guru-guru SMU Jawa Timur

Semiloka ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan wawasan para guru tentang PLH dan tukar menukar informasi tentang pengajaran PLH di SMU. Semiloka ini diselenggarakan di IKIPMalang 9-10 September 1994.

  • Kerjasama denaan INKINDO. Surabaya

INKINDO (Ikatan Konsultan Indonesia) Surabaya meminta Prof. Ir. Radyastuti Winarno sebagai salah seorang konsultan dalam pelaksanaan kursus AMDAL yang dilaksanakan pada bulan November 1993, di Surabaya. Dalam kegiatan tersebut, telah diikutsertakan Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd, Drs. Subagio, Drs. I Komang Astina, MS dan Drs. Sony Wedanto sebagai peserta AMDALA.

  • Penyuluhan PLH bagi OSIS Kodya Malang

Pemerintah Daerah Tingkat ll Kotamadya Malang mengundang PKPKLH guna memberikan penyuluhan PLH bagi OSIS se-Kotamadya Malang. Penyuluhan ini telah terlaksana pada bulan Oktober 1995 dan September 1997 di Balai Sidang Kotamadya Malang.

  • Pelatihan Pengembangan Materi PKLH guru SD dan SMPJatim

Guna meningkatkan wawasan dan ketrampilan para guru dalam mengintegrasikan PLH ke dalam matapelajaran yang diasuhnya, diselenggarakan pelatihan pengembangan materi PKLH untuk guru SD dan SMP Jawa Timur, yang diselenggarakan tanggal 3-6 Juli 1995 di IKIP Malang.

  • Rapat Koordinasi Kepala Sekolah SD dan SMPse Jawa Timur

Kerjasama dengan para kepala sekoiah SD dan SMP diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengajaran PLH di kelas, Sebelumnya, perlu diadakan koordinasi dengan kepala sekolah, dilaksanakan pada tanggal 4 April 1996 di IKIP Malang.

  • Penyuluhan PLH bagi Pembina OSIS. Pramuka dari PKK

Selain penyuluhan untuk OSIS, Pemda Kotamadya Malang juga menyelenggarakan penyuluhan PLH untuk pembina OSIS, Pramuka dan PKK Kotamadya Malang. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kepedulian dan kesadaran warga Malang tentang lingkungan hidup. Penyuluhan diselenggarakan pada tanggal 18-22 September 1996.

  • Penyusunan Silabus Pendidikan dan Pelatihan bagi PSL

Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia Jakarta menyelenggarakan pertemuan guna menyusun silabus pendidikan dan pelatihan keanekaragaman hayati di Perguruan Tinggi. Pertemuan tersebut diselenggarakan tanggal 16-19 September 1996 di Jakarta. Peserta pertemuan adalah Prof. Ir. Radyastuti Winarno.

  • Seminar Regional PLH di IKIPMalang

Seminar regional PLH dengan tema “Pendidikan Lingkungan Hidup Menyongsong Masa Depan Lebih Baik” diselenggarakan dalam rangka mencari gagasan dan ide tentang pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di masa yang akan datang serta menyajikan hasil temuan dalam penelitian. PKPKLH telah mengundang dosen PTN dan PTS Jawa Timur pada tanggal 27 Januari 1997 di IKIP Malang. Dalam seminar disajikan makalah, serta pameran hasil penelitian kerjasama PKPKLH IKIP Malang dengan PCI Project AusAid meliputi: 24 modul PLH untuk guru SD dan SMP, 12 modul Pencemaran dan Pengendaliannya untuk guru SMP, Buku Inti “Lingkungan Hidup Kita”, poster, film slide, media pengajaran PLH, dan data hasil penelitian.

  • Pemasyarakatan Hasil  Penelitian  PKPKLH  IKIP Malang  kepada  Dosen PKLH IKIP Malang

Para dosen pembina matakuliah PLH di lingkungan IKIP Malang yaitu dosen PKLH MDU, diundang dalam rangka pemasyarakatan hasil-hasil penelitian PLH di lingkungan IKIP Malang. Acara ini berlangsung di IKIP Malang tanggal 8 Maret 1997.

  • Sarasehan Pelestarian Burung Jawa Timur

Pada tanggal 18 Maret 1997 dilaksanakan sarasehan pelestarian burung di Jawa Timur, bekerjasama dengan LSM Konservasi Sumberdaya Bagi Kehidupan (KSBK) Malang. Sarasehan dilaksanakan di Auditorium IKIP Malang. Sebagai Pemakalah dalam Sarasehan ini adalah Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D.

  • Narasumber dalam SEMLOK di UNTAG. Surabaya

Dalam rangka peningkatan keterampilan dosen-dosen UNTAG dalam penelitian mengenai lingkungan hidup, PKPKLH menjadi narasumber dalam seminar dan lokakarya yang diselenggarakan pada tanggal 19 dan 21 Mei 1997 di Kampus UNTAG, Surabaya. Untuk lebih meningkatkan kerjasama dan dalam rangka kaderisasi, selain Prof. Ir. Radyastuti Winarno telah diikutsertakan Drs. Istamar Syamsuri, M.Pd, Drs. Sugeng Utaya, MS dan Herawati Susilo, M. Sc, Ph.D sebagai narasumber.

  • Sebagai Pembicara/Pemakalah

Dalam berbagai kesempatan, anggota KPPLH IKIP Malang diminta untuk menjadi pembicara/pemakalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup, Kegiatan tersebut antara lain: a) Seminar HMJ Fisika FPMIPA IKIP Malang “Pro kontra pembangkit listrik tenaga nuklir” tanggal 12 September 1996. b) “Manajemen dan Kepemimpinan Wanita” tanggal 13 September 1996 yang diselenggarakan oleh Ardyagarini, Lanuma Abd. Saleh, Malang; c) Curah Pendapat Pengkayaan Keanekaragaman Hayati dalam Silabus Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan PSL” tanggal 16-19 September 1996; d) Konferensi Nasional Xlll PSL di Bali, tanggal 22-24 Oktober 1996; e) Penlok Ekonomi Lingkungan untuk SMUK, tanggal 25 November 1996; f) Lokakarya Pemasyarakatan Kehati di Jatim, PPLH Trawas, tanggal 16 Nopember 1996; g) Seminar PLH di Jakarta, tanggal 3 Maret 1997; h) Seminar Regional Hari Lingkungan Hidup, Geografi FPIPS IKIP Malang, tanggal 23 Maret 1997; i)Penataran Analisis Dampak Lingkungan, tanggal 19 & 21 Mei 1997; j). Penataran Staf WWF Indonesia di PPLH Seloliman Trawas, Mojokerto 17 Juli 1998.

Pada tanggal 18 Februari 1999 telah dilaksanakan diskusi panel, sarasehan dan ekspose JKPKA yang diikuti oleh: para guru SMU DPS Brantas, Kepala Sekoiah, siswa, Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Timur, Bapedalda Jawa Timur, Pimpinan IKIP Malang dan para dosen IKIP Malang. Dalam diskusi panel telah dihasilkan rumusan sebagai berikut. Pertama, kegiatan pemantauan kualitas air yang dilaksanakan oleh para siswa SMU ternyata sangat mendukung program pendidikan lingkungan hidup terutama peningkatan kepedulian terhadap sumber daya air. Kegiatan ini juga mendukung proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sehingga dapat mendorong aktivitas dan kreativitas siswa, Karena itu kegiatan pemantauan tersebut perlu dilanjutkan. Kedua, diperlukan suatu kebijakan yang dapat digunakan sebagai dasar bagi guru/sekolah untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Selain itu, Prof. Radyastuti Winarno juga menggalang kerjasama dengan mitra luar negeri, yaitu dengan Unesco dan Hanns Seidel Foundation. Kerjasama PKPKLH IKIP Malang dengan UNESCO dilaksanakan dalam rangka pengembangan materi penataran untuk penatar (Training for trainers), khususnya untuk para dosen, serta pengembangan materi perkuliahan PLH untuk para mahasiswa di perguruan tinggi. Penataran untuk penatar telah dilaksanakan dengan melaksanakan Seminar dan Lokakarya PLH untuk Dosen PTN dan PTS Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta yang terlaksana pada tanggal 10-13 Juli 1995 di Kampus IKIP Malang. Sedangkan pengembangan materi perkuliahan PLH untuk mahasiswa telah tersusun draft dalam bahasa Inggris, yang dikirimkan ke UNESCO tahun 1996.

Pelatihan dan Lokakarya Pendidikan Lingkungan untuk Dunia yang Berkelanjutan. Berkat adanya pendekatan dengan Hanns Seidel Foundation, Kementerian Pendidikan Jerman, telah disepakati kegiatan pelatihan dan lokakarya untuk para guru SMU Jawa Timur. Hanns Seidel Foundation memberikan sumbangan berupa buku materi penataran yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Pelatihan ini diselengarakan pada tanggal 7-8 Juli 1997. Prof. Ir. Radyastuti Winarno diminta untuk membantu merevisi buku PLH Hanns Seidel Foundation (Dr. Helmut) dalam versi Indonesia. Selanjutnya, buku ini dibagikan dan dibahas oleh guru-guru SMU dalam kegiatan Semlok PLH di SMU Jawa Timur tanggal 20-21 Oktober 1998.

Kegiatan penelitian bersama yang dikoordinasikan oleh Prof. Ir. Radyastuti Winarno dengan pertemuan rutin dan pencatatan buku Log Penelitian telah menghasilkan banyak karya seperti yang dituliskan di atas. Pada gilirannya para peneliti ini juga sempat mendirikan suatu organisasi Lingkungan Hidup yang berbadan hukum yang dibentuk dengan disahkan oleh notaris dengan nama Raditya Lestari. Kegiatan lanjutan Raditya Lestari adalah terus memberikan dukungan dan semangat kepada sekolah-sekolah yang tergabung dalam Jaring-Jaring Pemantau Kualitas Air (JKPKA) kalau mereka mengadakan kegiatan-kegiatan terkait Lingkungan Hidup.

Di bagian akhir tulisan ini akan disajikan sisi humanis dari sosok Prof. Ir. Radyastuti Winarno dari kaca mata penulis. Ibu Tuti memiliki karakter cerdas, disiplin, rajin, tidak suka menunda pekerjaan, dan selalu patut menjadi teladan. Saya ingat ketika saya tidak datang pada waktu ada orang yang meninggal dunia, beliau selalu “mengabsen” saya, dan pernah suatu hari mengingatkan saya bahwa kalau orang mantu kita tidak diundang tidak usah datang, tapi kalau orang meninggal sebaiknya kita takziah kalau kita mengenal orangnya. Mengenai orang mantu, saya juga diingatkan Bu Tuti untuk mengunjungi pengundang di rumahnya kalau kita tidak bisa datang pada hari H-nya karena  pengundang sudah mengingat kita dan memilih mengundang kita dibandingkan mengundang orang-orang lain yang mungkin juga layak diundang.

Bu Tuti juga tidak segan-segan mengerjakan sendiri semua pekerjaan, tidak pilih-pilih. Saya ingat betapa saya merasa bahwa memotong kertas alamat, menempel di sampul surat, dan menempelkan perangkonya sebagai “pekerjaan” yang sebaiknya dilakukan pegawai saja. Ternyata beliau juga tidak segan-segan membantu melakukan kegiatan-kegiatan tersebut karena memang banyak surat yang harus dikirim.

Beliau juga pernah menjahit sendiri “tas ramah lingkungan” untuk dibagikan kepada para guru peserta pelatihan PKLH. Bu Tuti itu rajin, tidak menunda. Disiplin, tepat waktu, saya pikir tidak panjang waktu antara penetapan sebagai guru besar dengan tanggal pengukuhan beliau yaitu 29 Desember 1992.

Bu Tuti mempunyai komitmen tinggi dalam setiap pekerjaan. Hera tidak boleh ikut SEQIP, agar lebih komit terhadap pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, karena beliau sangat sadar mengenai waktu sebagai sumber daya dan bahwa pekerjaan yang tidak dilakukan dengan komitmen yang tinggi tidak akan memberikan hasil yang optimal.

Bu Radyastuti adalah seorang yang sangat objektif dalam memberikan penilaian terhadap mahasiswa. Beliau menuntut kinerja yang tinggi dan optimal dari para mahasiswanya. Saya ingat betapa sedihnya memperoleh nilai C dari beliau ketika saya menempuh mata kuliah yang beliau bina, baik yang Ekologi Dasar maupun Ekologi Lanjut, padahal untuk mata kuliah lainnya saya dengan mudah memperoleh nilai B atau bahkan A. Lebih lanjut saya ingat bagaimana beliau mengeluh mahasiswa S-2 tidak bisa objektif ketika diminta menilai temannya, karena temannya diberi nilai 90 atau 100 tidak peduli bagaimana kinerjanya.

Bu Tuti tetap memimpin koordinasi penelitian RUT VI yang sebenarnya tidak langsung terkait Pendidikan Lingkunga Hidup karena beliau sangat peduli terhadap anak buahnya dan tetap mendukung kegiatan anak buahnya agar terus rajin berkarya dan menulis makalah dan artikel hasil penelitiannya, selain itu yang terpenting, menuliskan hasil penelitian itu secara rapi sehingga dapat saya pakai sebagai sumber penulisan naskah ini.

Bu Tuti adalah sosok pekerja keras yang terampil mengerjakan berbagai hal yang  baru  dan  inovatif  dalam  bidangnya.  Beliau  sempat  mengembangkan DEMONSTRATION PLOTS untuk tanaman GOBO (Arctium lappa). Ini salah satu prinsip beliau sehingga dapat selalu eksis di dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Beliau tergabung dalam kegiatan para antas siswa sekolah Belanda, tergabung sebagai anggota WULAN (Wanita usia lanjut), The Friendship Force of Malang.

Ibu Tuti mengabdi lingkungan hidup secara all out, beliau selalu “di sana” waktu bersih-bersih sungai, memperjuangkan pembatalan tukar guling SPMA Sekolah Pertanian Menengah Atas, dan beliau termasuk salah seorang dari para pencetus Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Kota Malang” (Forum MPLKM).

Foto diatas menunjukkan bahwa beliau juga tergabung dalam Porpi (wah saya tidak tahu singkatan dari apa), dan itu adalah foto Perayaan Hari Ulang Tahun beliau yang ke 73, yang terakhir, 18 Februari 2008.

Beliau adalah seorang yang konsisten mengikuti perkembangan pendidikan lingkungan hidup dunia dan bertindak sesuai dengan kapasitas beliau pada waktunya, sepanjang hidup beliau. Saya merasa terlalu singkat mengenal beliau secara akrab dan dekat hanya dalam waktu sekitar 7 tahun yang menjadi dasar penulisan naskah ini. Beliau jauh lebih baik dan jauh lebih mulia daripada yang bisa saya ungkapkan melalui kalimat-kalimat saya yang sangat terbatas ini.

Permintaan Maaf saya kepada Ibu Prof. Ir. Radyastuti Winarno

Saya sangat menyesal tidak dapat memenuhi permintaan dan keinginan beliau sampai beliau wafat, kalau tidak salah 26 Agustus 2008, yaitu agar saya cepat membacakan pidato pengukuhan saya. Saya hanya bisa mengantar beliau ke makam, seperti yang juga beliau pesankan agar saya lakukan. Saya sangat tidak mengira beliau “pergi” secepat itu, saya sudah beli tiket pulang pesawat Yogya-Surabaya untuk sore hari itu. Saya akhirnya bersyukur mendapat tiket pulang pagi hari itu setelah “go show” ke bandara Yogyakarta sehingga saya bisa mengantar beliau ke makam. Lima hari sebelumnya ketika beliau saya jenguk di rumah sakit, beliau masih begitu tegas memprotes saya yang menggunakan kaos hitam bertuliskan “This T- Shirt is Awarded to The Greatest MOM”. Menurut beliau saya tidak pantas memakai T-Shirt tersebut. Baru sekarang saya sadari dan renungkan betapa tepatnya protes yang beliau kemukakan saat itu. Sekarang saya renung-renungkan bahwa beliaulah yang pantas memakai T-Shirt hitam saya dengan tulisan itu. Beliau telah menjadi Ibu kedua saya setelah Ibu saya. Thanks a lot Mom, forgive me for neglecting your most important message. Saya sudah membacakan pidato pengukuhan saya tanggal 31 Juli 2009, hampir setahun setelah Ibu pergi, tapi pesan lainnya, yang Ibu teladankan kepada saya selama kita bergaul erat sebagai peneliti Pendidikan Lingkungan Hidup, masih sangat jauh dari yang dapat saya jalankan: menjaga dan memelihara bumi ini, melestarikannya, mengajak orang menjaga bumi, merapikan kamar dan lingkungan kerja saya… rupanya masih memerlukan waktu belajar seumur hidup untuk dapat menjalankannya. Doakan saya dari sana Bu. Terima kasih. I will start to stop putting things off, now.

DAFTAR PUSTAKA

PKPKLH IKIP Malang. 1999. Kegiatan dan Rancangan Kelompok Peneliti Pendidikan Lingkungan Hidup (KPPLH) IKIP MALANG. Makalah disajikan dalam Technogerma Jakarta 1999, tanggal 1-7 Maret 1999 di Jakarta Convention Center.

Winarno, R. 1992. Ekologi sebagai Dasar untuk Memahami Tatanan Lingkungan Hidup. Pidato pengukuhan dibacakan dalam Sidang Terbuka Senat IKIP Malang tanggal 29 Desember 1992.