Select Page

Dalam membangun generasi penerus bangsa yang berkarakter dan sesuai dengan ideologi Bangsa Indonesia, pendidikan merupakan  sebuah unsur yang sangat penting. Untuk membangun generasi penerus Bangsa Indonesia harus memperhatikan minat dan bakat siswa serta memilah-milah mana budaya asing yang baik dan yang kurang baik. Oleh karenanya pemerintah perlu mengembangkan model pembelajaran secara konstruktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan mampu memunculkan generasi unggul serta bermartabat secara kualitas dan kuantitas dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

Wakil Rektor I UM, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd memberikan materi seminar di Graha Cakrawala UM

Wakil Rektor I UM, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd memberikan materi seminar di Graha Cakrawala UM

Untuk lebih meningkatkan kualitas SDM di kalangan guru sekolah dasar dan menengah serta mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS FIS UM mengadakan Seminar Pendidikan Nasional yang diadakan di Graha Cakrawala UM pada 1 November 2015. Seminar  yang mengambil tema “Pengembangan Pembelajaran yang Konstruktif, Kreatif, Inovatif dan Berkarakter dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)” ini diikuti oleh ratusan peserta.

Seminar yang berlangsung sehari ini diharapkan dapat memberikan pembekalan kepada guru dan mahasiswa yang merupakan calon pendidik untuk mengembangkan model pembelajaran yang inovatif. Selain itu dapat memberikan motivasi, sumbangan ide-ide kreatif inovatif kepada siswa/siswi dan mahasiswa dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi  Asean.

Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., yang menjadi salah seorang pembicara dalam materinya Strategi Pembelajaran Kreatif dan Inovatif menyampaikan secara umum seorang siswa menyukai atau membenci pelajaran di sekolah diawali dari sikapnya terhadap pendidik. Kebanyakan pendidik lebih fokus pada materi pelajaran dibandingkan fokus pada perkembangan subyek didiknya.  “Sebagai seorang pendidik terkadang kita tidak siap menyikapi perubahan  yang terjadi, baik perubahan dalam model pembelajaran maupun perubahan sikap peserta didik. Selama ini masalah yang terjadi adalah sekolah dan proses pembelajaran belum menjadi ruang atau taman yang menyenangkan bagi peserta didik. Akikbatnya banyak  peserta didik yang merasa pendidikan IPS belum berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional dan sosial,”jelasnya.

Lebih lanjut dipaparkan pula model pembelajaran ilmu sosial yang seharusnya diterapkan kepada peserta didik. “Dalam mengajarkan ilmu sosial kita perlu mengembalikan pada suasana global learning, dimana pebelajar dibiasakan memiliki pandangan tentang realita yang terbuka sebagai bagian dari masyrakat yang terbuka. Lebih jauh kita harus dapat menanamkan pola belajar sebagai proses dalam menemukan kebenaran, membangun pola pikir dengan melakukan konstruksi harapan,”paparnya.

Sebagai catatan akhir disampaikan pula bahwa para pendidik ilmu sosial seyogyanya memahami kecenderungan sosok kehidupan masa depan dengan berbasis pada proses sosial yang berlangsung. Pendidik ilmu sosial haruslah seorang fasilitator dan inspirator peserta didik dalam melukis kehidupannya di masa kini dan yang akan datang, termasuk posisinya sebagai agen sosial.”Sebagai pendidik harus dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan refleksi dan imajinasi dengan melakukan dekontruksi terhadap topik atau konstruksi sosial yang dipelajari. Pendidik harusnya ikut merawat jiwa siswa dengan mengembangkan dimensi respek dan etik,”urainya di akhir penyampaian materi. (Ksr)