Select Page

Penilaian sejawat sebenarnya kegiatan diluar tugas akademik. Namun mempunyai resiko sosial yang sangat berat. “Sering terjadi salah persepsi antara penilai dan yang mengajukan nilai. Pihak yang mengajukan penilaian karya ilmiah merasa pasti dihargai nilai yang maksimal. Akan tetapi tim penilai memberikan nilai yang lebih rendah. Hal ini memicu curiga terhadap penilai yang dianggap punya maksud tertentu, sehingga mengakibatkan hubungan sosial diantara mereka tidak harmonis,”papar Prof. Dr. Hariyono, M.Pd.

Pernyataan di atas disampaikan oleh Wakil Rektor I pada acara pembukaan Workshop Penilaian Karya Ilmiah dan Searching Index International Journal tanggal 12-13 Januari 2016 di aula Perpustakaan UM.

Penilaian Karya Ilmiah Jurnal harus selalu diberikan nilai maksimal, tergantung pada kelengkapan fakta-fakta yang mendungkung. “Jika semua diberi nilai maksimal dan ketahuan banyak plagiasinya, maka Institusinya akan mendapat teguran, bahkan kena sangsi,”ujar WR I.

Membuat karya tulis ilmiah bukan serta-merta tidak hanya untuk memperoleh angka kredit saja, akan tetapi
untuk mengingkatkan ilmu/kemampuan karya tulis ilmiah. Kualitas dan jumlah karya ilmiah akan mengangkat kredibelitas pribadi penulisnya, sabaliknya jika karya tulis ilmiah yang banyak berbau plagiasi orang lain menilai karya Ilmiah kualitasnya cuma gitu-gitu aja.

Penulis yang karya-karyanya bagus namanya akan terkenal. Jika ada undangan sebagai narasumber seminar nasional maupun internasional pasti megundang atas nama orang tersebut, dan pada giliranya akan membawa nama baik lembaganya. (Penulis: Budiharto, Editor: Moch. Syahri)