Select Page

Manusia hidup laksana wayang. Tidak ada daya apapun manakala sang dalang tidak mengerakkannya. Begitu pula manusia, tidak akan pernah ada kehidupan di bumi ini tanpa Sang Khalik memberikan penghidupan kepada semesta.

Kehidupan menjadi sebuah misteri, dimana kebahagian, kesedihan, bahkan kematian bisa saja sewaktu-waktu menghampiri manusia. Sebagai insan yang beriman, tentu manusia harus percaya bahwa setiap yang kita peroleh merupakan jalan hidup yang harus dijalani.

Itulah untaian kalbu yang disampaikan Dr. KH. Isyraqun Najah, M.Ag pada Renungan dan Dzikir Akhir tahun di Masjid Al Hikmah Universitas Negeri Malang, Kamis, 31 Desember 2015. Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama (P2KB), Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran(LP3) tersebut mengangkat tema” Tahun Baru 2016, Momentum untuk Mengangkat Kinerja Guna Mewujudkan Keunggulan dan Kemandirian”.

“Manusia diciptakan dari air mani, kemudian dijadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian menyempurnakannya menjadi makhluk yang (berbentuk) lain. Setelah itu dijadikanNYA kita bayi, dapat berjalan, dan dapat melakukan aktivitas seperti sekarang ini”, jelas Dosen UIN Maliki Malang ini.

Lebih lanjut, dengan jalan panjang yang dilalui tersebut, berarti manusia merupakan orang-orang terpilih. Sehingga jangan siakan kehidupan yang sudah berjalan ini. Melainkan manusia sebagai hamba Allah harus dapat mensyukuri, dan memaknai setiap gejala yang diperoleh, lanjutnya.

Sebagai upaya meningkatkan keimanan perlu adanya sebuah proposal hidup. Seperti halnya proposal kinerja, seseorang harus dapat mengukur capaian sejauh mana keberhasilan yang sudah diperoleh. Apabila tidak pernah tercapai apa yang menjadi kehendaknya, berarti hal tersebut bukan merupakan kesalahan Allah. Tetapi kurangnya kesetiakawanan sosial. Karena pada dasarnya manusia diciptakan ini bukan makhluk individu, melainkan makhluk sosial yang diharapkan dapat bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Seperti halnya perguruan tinggi, bukan merupakan milik seorang perorang. Tetapi merupakan sebuah perkumpulan sivitas akademika yang saling bekerja sama untuk perkembangan dan kemajuan. Oleh karena itu momen akhir tahun ini merupakan ajang refleksi bersama untuk evaluasi program kerja yang selama ini berjalan. Sejauh mana capaian yang diperoleh, dan hal apa yang menjadi target mendatang.

Acara renungan akhir tahun merupakan agenda tahunan sebagai upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan. Selain itu sebagai wahana silaturahmi sesama agar semakin merekatkan rasa kekeluargaan sesama warga UM. (Penulis: Suhardi/Budiharto, Editor: Moch. Syahri)