Select Page

Akulturasi Budaya Indonesia-Tiongkok

Mahasiswa Program Studi Bahasa Mandarin memadati Aula Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) Gedung H3 Lantai 2 (Minggu, 27/9/2015). Tidak hanya Mahasiswa UM, beberapa mahasiswa dari universitas lain juga hadir diantaranya dari Universitas Machung, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, bahkan siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Malang. Para mahasiswa ini hadir untuk memperingati hari ulang tahun Confucius Institute yang ke-11.

“Indonesia dan Tiongkok sejak lama telah menjalin kerjasama hampir di semua sektor, termasuk dalam rangka pengembangan pembelajaran bahasa dan budaya. Bahasa Indonesia merupakan delapan bahasa yang digunakan masyarakat dunia, begitu pula kebudayaannya. Ragam budaya dan adat istiadat Indonesia begitu ragam. Sehingga hal ini menggelitik warga dunia termasuk Tiongkok untuk mempelajari budaya Indonesia. Confucius Institute merupakan lembaga bahasa Mandarin yang bertujuan untuk memudahkan orang-orang dalam mempelajari bahasa Mandarin dan kebudayaan China”, jelas Kepala Pusat Bahasa Mandarin UM Mrs. Qin

“Peringatan Hari Confucius merupakan upaya untuk meningkatkan solidaritas terhadap pemerintah Indonesia. Selama ini kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok terjalin baik. Harapan kami ke depan akan lebih baik lagi, dan terus mengembangkan media pembelajaran di bidang-bidang yang lain. UM selama ini telah memberikan wadah dalam pembelajaran. Peminat studi bahasa Mandarin di Indonesia sangat banyak. Berkat kerjasama yang baik antara Pemerintah Indonesia (UM) dengan Tiongkok, pembelajaran dapat dilakukan dengan lancar.”, lanjutnya

Kabag Kerjasama dan Humas Dra. Aminarti S. Wahyuni menyambut baik kondisi ini. Keberadaan Pusat Bahasa Mandarin di UM telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembelajaran khususnya jurusan bahasa Mandarin. Mahasiswa semakin mudah dalam mempelajari bahasa dan kebudayaan Tiongkok. “Sebelum adanya pusat bahasa Mandarin di UM, dulu bersama tim kami berkeliling Tiongkok untuk mencari kesepahaman dalam upaya mengembangkan pembelajaran. Kini perjalanan Indonesia-Tiongkok Begitu mudah, bagaikan kita pergi dari kota ke kota di Indonesia,” jelasnya

Perayaan Confucius Institute ini menyuguhkan beberapa penampilan oleh mahasiswa Prodi Mandarin UM, seperti menyanyikan lagu Mandarin, Tarian, dan pertunjukan beladiri Wushu yang merupakan budaya asal China. Selain itu dalam kesempatan ini juga disampaikan testimoni oleh para mahasiswa yang pernah menempuh studi di Tiongkok. Misalnya Rendra, mahasiswa semester tujuh program studi Bahasa Mandarin ini menceritakan pengalaman belajarnya di negeri tirai bambu tersebut. Rendra tinggal di kota Guilin. Guilin ialah sebuah kota di Republik Rakyat Tiongkok yang terletak di timur laut Kawasan Otonomi Guangxi Zhuang. Kota ini sejak lama menjadi daerah tujuan wisata.

Lebih lanjut Rendra menuturkan bahwa ia semakin merasa bertambah wawasannya setelah selama dua semester belajar di Tiongkok. Disela-sela kesempatan belajar, ia manfaatkan untuk mempelajari karakter, dan budaya masyarakat setempat. Di khawasan ini industri yang berkembang adalah farmasi, ban, mesin, pupuk, sutra, parfum, anggur, teh, kayu manis, dan obat herbal.

Selain itu, Sindy juga berbagi pengalamannya tentang sistem transportasi di Tiongkok.
“Alat transportasi diantaranya bus, kereta bawah, taksi, dan becak. Alat transportasi paling menarik adalah becak. Becak merupakan alat transportasi favorit untuk menelusuri Hutong. Alat transportasi ini memang memiliki jalan khusus, sehingga tidak menimbulkan kemacetan di jalan raya. Namun karena pengoperasiannya dengan tenaga manusia, sehingga kurang efisien waktu” jelasnya.

Pada akhir sesi, para peserta disuguhi kue bulan. Semua hadirin menikmati kue ini secara bersama-sama. (Har/Bud)